Penderitaan panjang masyarakat Desa Renah Kurung, Kecamatan Muara Kemumu, Kabupaten Kepahiang, Propinsi Bengkulu berpenduduk 1. 963 jiwa, sekitar 535 kepala keluarga (kk), harus merasakan, menahun kesulitan mengeluarkan hasil bumi mereka, berupa Kopi, Kemiri, Sayur mayur dan hasil tanaman keras lainnya dari kebun (Ladang), mereka untuk dijual (transaksi) kepasaran umum Kepahiang, pusat kegiatan masyarakat, perdagangan, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, budaya & hiburan bagi masyarakat daerah terkenal subur itu.
Kesulitan masyarakat Renah Kurung, boleh jadi sudah seumur Kabupaten Kepahiang, lebih kurang 18 tahun. Sebelum berdiri Kabupaten Kepahiang, kawasan itu ditempati masyarakat dari berbagai desa wilayah Kecamatan Kepahiang, Padang Ulak Tanding dan Kota Padang, daerah Rejang Lebong.
Mereka para pendatang itu, mengadu nasib di Renah Kurung dengan usaha tradisional menanam Kopi, Kemiri, Aren (Enau), Sayur mayur dan tanaman keras lainnya.
Sungguh sebuah anugerah dari tuhan yang maha kuasa, dengan tanahnya yang subur, sejuk, semelir angin berembus membuat masyarakat betah berusaha didaerah itu.
Berpenghasilan ratusan Ton Kopi saat Panen Agung (Raya), dan menjanjikan bagi kehidupan mereka kedepannya. Untuk membiayai hidup keluarga dan kelangsungan kehidupan generasi mereka kedepan menjalani pendidikkan, menjadi generasi yang cerdas dan berilmu, diharapkan mampu mengubah keadaan lebih baik dari orang tua mereka.
Desa Renah Kurung, terkenal salah satu Lumbung penghasilan Kopi terbesar, bertetangga langsung dengan Desa Batu Bandung, Bandung Jaya-Simpang Air Les dan berbatasan langsung dengan Desa Warung Pojok, Kabupaten Rejang Lebong.
Sejak Kecamatan Kepahiang dimekarkan menjadi Kabupaten Depinitif, 7 Januari 2004 silam bersamaan pemekaran Kecamatan Lebong Selatan dan Lebong utara, menjadi Kabupaten Lebong, yang dulunya dibawah wilayah/ pemerintahan daerah Kabupaten Rejang Lebong.
Daerah ini sangat tertinggal dari kemajuan pembangunan Infrastruktur. Untuk kesehatan, masyarakat harus berobat ke PUSKEMAS Kecamatan Muara Kemumu di Batu Bandung atau ke Kota Kepahiang yang berjarak kurang lebih 40 km. Atau kedesa tetangga di perbatasan dalam daerah Rejang Lebong.
Kondisi mereka bak Terkurung diRenah Kurung, sulitnya mengeluarkan hasil bumi dan memasukkan Sembilan kebutuhan bahan pokok. Bagi kelangsungan kehidupan mereka seharinya, keluh warga setempat pada penulis Catatan yang terabaikan, Senin, (06/ 6/ 2022), pekan lalu.
Persoalannya tak lain dan tak bukan, Jembatan yang membentangi Sungai Air Belimbing, dengan bentangan pendek panjang sekitar lebih kurang 8 meter, lebar 4 meter, dan jalan desa/ Kabupaten, dari Renah Kurung-Batu Bandung dengan panjang lebih kurang 7, 6 km. Kini dalam keadaan terbengkali kata Ny. Yeki didampingi Bendahara Desa Renah Kurung Ariyes, (6/6/2022) dikediamannya.
Kabar gembira pun tiba, pada tahun anggaran 2020/ 2021 Jalan dan Jembatan Link Renah Kurung-Batu Bandung-Bandung Jaya ke Simpang Air Les, dibangun Pemdakab Kepahiang sesuai janji politik Bupati Kabupaten Kepahiang Hidayatullah Syahid, saat kampanye tempo hari, masyarakat disini secara mayoritas memilih Pak Dayat, yang menjabat dua periode 2015 – 2019 dan 2019 – 2024. Dan jalan Renah Kurung dan jembatan Air Belimbing, dikerjakan PT. SMKI, dari luar Propinsi Bengkulu. Sayangnya, meninggalkan pekerjaan?.
Mulai bekerja sekitar Nopember 2020, seharusnya selesai pada Januari 2021, ternyata terlambat dan baru selesai Maret 2021, 150 hari kalender.
Jalan yang dikerjakan itu sebagian telah ada materialnya, dan sebagian belum. Dan ada yang sudah dihamparkan, namun hasil hamparannya berumur pendek, diduga kurang pemadatan.
Takheran material berserakkan disepanjang jalan dari Renah Kurung-Batu Bandung, dan kondisi semakin parah di Simpang Air Les, batunya besar-besar diduga tidak digilas dengan baik menggunakan alat berat.
Dan sangat sulit dilewati kendaraan roda dua, kalau bukan tril (motor ojek) yang tangguh dan tidak bisa menggunakan motor biasa kata warga, menuturkan kesulitan mereka pada tiem Catatan yang terbaikan, (8 Juni 2022, Rabu), dikota Curup Ny. Deb, 35 tahun yang berkebun diwilayah perladangan Air Les.
Menurut Ny Deb, paling tidak batu dionggokkan disekitar Jembatan Air Donok dan Simpang Air Les, sudah ada dua tahun. Kami dan masyarakat peladang Kopi, berharap jalan itu akan diaspal, ternyata sampai kini terbengkalai. Tidak ada orang bekerja, entah apa penyebabnya, kami tidak tahu, paparnya.
Ketika ditnyakan apakah bisa dilalui kendaraan roda empat…? Ny Deb, menjelaskan jalan itu sudah lama tidak dilalui kendaraan roda empat, motor ojek harus yang kuat, tidak bisa sembarangan motor, tuturnya.
Masyarakat Desa Renah Kurung-Batu Bandung-Bandung Jaya, dan masyarakat yang berladang diwilayah Desa Air Les, mendesak Pemdakab Kepahiang jalan tersebut diselesaikan, dan bisa dimanfaatkan masyarakat, guna percepatan transportasi dan peningkatan perekonomian mereka hari ini dan kedepannya.
Diberlakukan sama dengan desa dan daerah lainnya yang sudah lama dibangun Pemdakab Kepahiang, minimal ada keseimbangan pembangunan untuk semua desa di daerah Kabupaten Kepahiang. Siapapun bupatinya. (***).
Invtg / Penulis : Ketua DPD-KWRI (Komite Wartawan Reformasi Indonesia) Prop. Bengkulu, Pemimpin Redaksi BEO CO.ID & GEGERONLINE.CO.ID,Group berkantor di Kota Curup.
