KERINCI, BEO.CO.ID – Alpes alias CikPes, 47 tahun Bodyguard (Pengawal)/ Keamanan Kantor Dinas PUPR Kabupaten Kerinci, Jambi, pagi tadi sekitar pukul 09.00 WIB Sabtu (15/1/2022) mendatangi rumah pribadi Muhammad Marhaen Djabier, 51 tahun Wartawan BEO.co.id-Kepala Perwakilan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, di Desa Sungai Batu Gantih, dengan emosi tinggi mengajak Marhaen berkelahi kapan dan dimana saja, dengan mengatakan “Mpun (kamu) kurang ajar, namun tidak dilayani Marhaen.
Hal itu dijelaskan secara tertulis, pkl 9: 21 00 WIB, dan via sambungan WA jarak jauh kepada Pemimpin Redaksi di Kota Curup-Bengkulu, (15/1/2022) sekitar pukul 21:00 WIB, berikut petikkan penjelasannya.
Alpes alais Cikpes mendatangi kediaman (rumah) di Desa Sungai Batu Gantih, pagi sekitar pukul 09: 00 WIB, “marah-marah dengan emosi, melepaskan kata-kata kasar, mengatakan kamu kurang ajar, kalau mau kelahi kapan saja saya siap kata Alpes.
Saya tidak takut dengan kau Marhaen, saya tunggu. Dan terakhir Alpes, menegaskan tidak senang kapan saja. Saya siap, Mpun (bahasa Kerinci) = Kamu kurang ajar, kata Alpes kepada Marhaen disaksikan langsung oleh Nursal S Sos alias Gusnur, Staf Intelijen LSM BPPK-RI (Badan Pencegahan Pemberantasan Korupsi-Republik Indonesia).
Ancaman Alpes terhadap Marhaen, dia tidak menyebutkan alasannya. Namun, kami duga berawal dari pemberitaan yang diturunkan Beo.co.id, soal Alpes melarang Wartawan Bidik, mau menemui Kadis PUPR Kerinci Maya Vefri Handayani, ST, mau mengkonfirmasikan pekerjaan SPAM, yang tidak selesai 15 Desember 2021, dan pipa terpasang dalam keadaan terbuka.
Dan sama sekali tidak ada yang ditutup, disejumlah lokasi.
Ketika, Gusnur pada Senin, 3 januari 2022 mau mengkonfirmasikan sejumlah temuan lapangan dilarang oleh Alpes. Dengan alasan perintah “Buk Maya Kadis PUPR Kerinci” karena Beo.co.id, telah memberitakan PUPR Kerinci.
Untuk kayo (kamu) dengan Wartawan Bidik, tidak boleh masuk, ini perintah “Buk Maya” kata Alpes, dan masalah itu pula yang diberitakan BEO.co.id, 14 Januari (Jum’at). Diduga akibat berita itu Cikpes, marah, mengancam secara fisik, dan mengajak adu jotos dengan Marhaen.
Demi pengamanan Wartawan kami secara fisik, kasus ini akan dilaporkan ke Polisi, Polsek Gunung Kerinci, Polres Kerinci. Dan kami memang tidak melatih para Jurnalist berkelahi (naik ring), kami hanya berusaha menegakkan kebenaran dan keadilan bagi kepentingan masyarakat luas, terutama dalam penggunaan anggaran Negara/ daerah, (APBN-DAK dan APBD-DAU), yang bersumber dari uang pajak yang dibayar rakyat.
Dan harus terkonfirmasi dengan baik, seperti penggunaan dana SPAM, untuk 10 paket tahun anggaran 2021 dengan nilai miliaran rupiah, ternyata kondisi riil fisik 15 Desember 2021, belum selesai dan pipa terpasang dalam keadaan telanjang (terbuka) tidak tertutup. Apakah, memang seperti itu secara teknis pemasangan SPAM di Kerinci???
Sedangkan uang dicairkan 100 %, Menurut sebuah sumber dari rekanan kontraktor, mengatakan punya saya sudah dibayar 100 % entah kalau yang lain, saya tidak tahu tegas sumber itu, yang berulang-ulang kali minta namanya dilindungi, Dasar UU No.40 tahun 1999 tentang Pers, (dilindungi).
Alpes, yang dicoba hubungi redaksi media ini, belum berhasil. Kenapa ia begitu emosi…? Apapun alasannya, jika bersedia memberikan keterangan “hak jawab, bantah, sangah dan hak memberikan keterangan seluas-luasnya akan dimuat apa adanya.
Sementara itu, Gafar Uyub Depati Intan akrab dipanggil “Bang Ayub” dalam kesibukkannya mengedit berita, mengatakan “saya memang larang para Wartawan Beo.co.id, berkelahi. Saya, mendidik mereka untuk berani dan jujur mengatakan yang “salah tetap salah dan benar tetap benar sekalipun pahit” namun demikian yang sangat penting, “kita harus benar dulu sebelum mencari kebenaran itu” ujar putra ASLI Kerinci ini.
Dikatakan Bang Ayub, saya minta Apes menahan diri dan kedua belah pihak, karena kemarahan tanpa menggunakan akal sehat tidak pernah menyelesaikan persoalan. Kita tak boleh merasa benar sendiri, jago sendiri, hebat sendiri. Mari kita berada pada Solusi (jalan keluar) yang terbaik, ungkapnya. (+_ /Sbong kime).