MEDAN, BEO.CO.ID – Pertanyaan mendasar dari sebagian kita makhluk sejenis apakah El Nino itu?. El Nino adalah istilah cuaca yang berasal dari bahasa Spanyol. Dalam bahasa Spanyol, El Nino artinya adalah anak laki-laki, sedangkan La Nina artinya adalah anak perempuan.
El Nino merupakan gejala gangguan iklim global yang diakibatkan oleh adanya hubungan antara samudera dan atmosfer secara masif yang menghasilkan suhu lebih hangat.
Sejatinya El Nino memberikan dampak yang sangat luas untuk wilayah Indonesia karena mampu mengurangi kandungan uap air di Indonesia. Berdasarkan prediksi curah hujan bulanan BMKG, beberapa wilayah akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah, utamanya pada periode Agustus-September-Oktober 2023, meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan
Sektor apa saja yang paling terancam dan terdampak dari El Nino?
Kondisi cuaca dan iklim dapat mempengaruhi hampir seluruh sektor dalam kehidupan, mulai dari sektor ekonomi, kesehatan, perdagangan, pertanian, transportasi, pariwisasata, dan lain -lain. Namun demikian sektor yang paling signifikan terganggu dapat berupa sektor pertanian karena potensi kekurangan pasokan air akibat kondisi cuaca dan musim yang lebih kering.
Dengan terjadinya curah hujan yang rendah sebagai dampak el nino yang bersamaan dengan puncak musim kemarau, maka beberapa sektor terkait akan menerima dampak meliputi:
- Sektor sumber daya air di beberapa wilayah kekeringan bisa jadi berkurang drastis bahkan defisit, baik air untuk konsumsi juga air untuk kegiatan rumah tangga sumber daya air untuk pertanian, perkebunan,
- Sektor energi akibat menurunnya kapasitas air di bendungan
- Sektor ketahanan pangan, akibat terganggunya produksi pangan
- Sektor kebencanaan akibat meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan.
Dampak el nino umumnya akan menyebabkan kekeringan di sebagian wilayah, termasuk di sentra-sentra pangan, oleh sebab itu jika tidak di antisipasi lebih dini, maka produktivitas pertanian bisa terganggu dan kondisi tersebut akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Petani perlu menyesuaikan pola tanam menyesuaikan ketersediaan air berdasarkan prediksi curah hujan disampaikan Kepala BMKG, Ibu Dwikorita. Petani perlu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mendapatkan informasi cuaca dan musim sehingga mendapatkan pemahaman dan informasi mengenai musim tanam, musim panen, varietas yang ditanam, dan lain-lain. Masyarakat dan mitra petani juga perlu memikirkan varietas tanaman yang perlu ditanam jika padi tidak memungkinkan untuk berkembang dengan baik.
Bincang-bincang bersama Kepala Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, Hendro Nugroho, M. Si saat ini potensi hujan masih ada, kalo di Sumut tentu curah hujan masih tetap ada walaupun intensitasnya berkurang.
Potensi hujan masih bisa terjadi karena cuaca tidak hanya dipengaruhi oleh EL Nino saja, tapi banyak faktor lain yang berasal dari skala yang berbeda. Definisi musim kemarau bagi Indonesia adalah kondisi dimana curah hujan kumulatif yang terjadi dalam 10 hari < 50 mm dan diikuti oleh 2 dasarian berikutnya, artinya saat musim kemarau bagi Indonesia bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Begitupun halnya terkait dampak El nino, akan terjadi penurunan jumlah curah hujan yang signifikan, bukan berarti tidak akan ada hujan sama sekali. Peluang curah hujan tetap ada terutama jika terjadi gangguan pada skala cuaca (harian) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan. Namun gangguan seperti ini umumnya hanya berlangsung pada skala beberapa hari dan tidak signifikan dalam mengurangi dampak El Nino
Berapa lama fenomena El Nino terjadi dan apakah saat ini sudah ada wilayah yang memasuki kemarau lebih kering?
Durasi atau panjang periode El Nino tergantung juga dari intensitas atau level dari El Nino, semakin kuat level el nino biasanya durasinya juga relatif lebih panjang. Pada kejadian El Nino kuat 1982/1983, 1997/1998, 2015/2016 misalnya, El Nino mulai terjadi pada bulan Maret atau April pada tahun pertama kemudian secara gradual terus meningkat intensitasnya dan mencapai puncak pada akhir tahun, lalu perlahan melemah menuju netral pada Apri atau Mei di tahun berikutnya. Untuk tahun 2023, El Nino mulai terjadi pada bulan Juni dan diprediksi intensitasnya akan berkisar pada skala lemah hingga moderat saja.
Hingga awal Juli, El Nino 2023 belum signifikan dampaknya untuk menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia. Hal ini diduga karena (a) suhu muka laut di perairan Indonesia masih hangat (di atas normal) yang berkontribusi pada meningkatnya potensi pertumbuhan awan (b) terjadinya Madden Julian Oscillation (MJO) dan gangguan cuaca skala sub musiman lain yang memicu terjadinya hujan pada akhir Juni dan awal Juli dan (c) karena kondisi atmosfer yang belum merespons adanya penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, ditandai dengan belum terganggunya pergerakan masa udara dari Samudra Pasifik ke Indonesia.
BMKG terus mensosialisasikan kondisi El Nino dan perkembangannya pada pihak terkait, serta melakukan koordinasi sebagai langkah antisipatif untuk mengurangi resiko dampak yang dihasilkan dari kondisi El Nino ini. Sesuai mandat UU No 31 tahun 2009, layanan informasi yang diberikan oleh BMKG bertujuan untuk mendukung keselamatan jiwa dan harta. Dalam konteks ini, peran BMKG adalah melakukan pemantauan atas potensi bencana akibat cuaca, iklim dan kegempaan, kemudian menyampaikan informasi tersebut secara dini kepada pemerintah. Oleh karena itu, sejak awal tahun 2023, BMKG telah melakukan penyebaran informasi peringatan terkait kemungkinan munculnya El Nino 2023.
Kenaikan suhu saat El Nino diperkirakan akan bertambah berapa derajat?
Pada tahun El Nino, umumnya suhu global mengalami kenaikan karena pengaruh dari meningkatnya suhu muka laut di Samudra Pasifik. Nilai kenaikan suhu di atmosfer hanya berkisar 1 derajat, namun ini sangat signifikan karena terjadi secara global. Pada setiap dekade, suhu global tertinggi umumnya terjadi pada tahun El Nino
BMKG telah memprediksi adanya potensi El Nino di periode kemarau tahun ini sudah sejak awal tahun, di saat periode musim hujan masih berlangsung di bulan Januari-Februari, dan prediksi tersebut hingga Juli ini masih cukup konsisten, dimana El Nino masih dapat aktif hingga Oktober mendatang tahun ini. El Nino itu merupakan suatu fenomena skala global yang dipicu oleh interaksi laut-atmosfer di wilayah Samudera Pasifik, mengingat bahwa sifat atmosfer dan laut itu sangat dinamis, maka cukup wajar jika terjadi variabilitas indeks El Nino yang mengindikasikan peningkatan atau penurunan status fenomena, akan tetapi secara umum fenomena El Nino tersebut relatif sangat baik terprediksi sejak awal tahun, sehingga antisipisi dan mitigasi dapat dilakukan sejak awal.
Adapun kenapa masih terjadi hujan signifikan terutama di periode awal musim kemarau yang notabene disertai/diperkuat dengan El Nino, hal tersebut terjadi karena adanya faktor dinamika atmosfer dalam skala yang lebih kecil yang berpengaruh cukup kuat terhadap peningkatan curah hujan secara regional, mengingat skalanya yang relatif lebih kecil maka dampak dalam skala waktu juga tidak terlalu panjang, biasanya dalam periode harian/sepekanan. Sedangkan dampak El Nino masih dapat berlangsung hingga sekitar Oktober mendatang.
Meskipun suhu muka laut yang digunakan sebagai indikator utama untuk memantau El Nino, ilmuwan tetap memerlukan data atmosfer untuk memastikan kapan waktu kemunculan El Nino. Namun, atmosfer bersifat sangat dinamis dan hanya dapat diprediksi pada jangka waktu yang lebih pendek, dibandingkan dengan lautan sehingga waktu kemunculan El Nino tidak dapat diprediksi jauh-jauh hari. Inilah yang menyebabkan prediksi El Nino dapat berubah seiring waktu.
El Nino yang sangat kuat dan berdampak signifikan terutama untuk kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi pada tahun 1997/1998 dan tahun 2015/2016. El Nino adalah fenomena alamiah yang memiliki periode ulang 2-7 tahun. Artinya, El Nino sudah sering terjadi baik yang intensitasnya lemah maupun yang kuat.
Kejadian el nino kuat pernah terjadi terakhir 1982/1983, 1997/1998 dan 2015/2016.
El Nino 2015/2016 bahkan disebut sebagai “Gozzila El Nino” yang menunjukkan kuatnya level El Nino saat itu.
Pada kejadian-kejadian itu, Indonesia mengalami dampak yang sangat parah berupa kekeringan dan meningkatnya kasus karhutla sebagaimana dilaporkan oleh BNPB, dampak el nino tahun 2015 terhadap kekeringan di Indonesia.
Oleh: Abdul Aziz, ST
Pengurus F-PRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana) Sumut.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Belawan 2015-2018.