Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI), sebuah Organisasi Wartawan Indonesia yang sah dan mempelopori kelahiran Pers Reformasi bersama sejumlah organisasi wartawan Indonesia lainnnya. KWRI lahir, 22 Mei 1998, 23 tahun silam era mundurnya Presiden RI ke dua Soeharto dan berakhirnya era orde baru (orba), yang berkuasa lebih kurang 32 tahun.
Kelahiran KWRI, tidak mudah dan tengah berada pada pase-pase sulit, dan para pendirinya pun sudah banyak yang meninggal yang masih hidup antara lain, Ozzi Sulaiman Sudiro, yang kini menjabat Ketua Umum KOMITE WARTAWAN REFORMASI INDONESIA (KWRI). Sebagai pengurus dan anggota KWRI, kita perlu memahami perubahan dan tekad yang diusung KWRI, sejak kelahirannya 22 Mei 1998 silam hingga detik ini.
Dan memang diakui, (suka tidak suka) “sangat berat” untuk mengamalkannya, namun jika kita cermati, baca dan fahami satu persatu tujuannya baik bagi kepentingan bersama, (masyarakat luas), hari ini esok waktu yang panjang tanpa batas, terkecuali kematian.
Saya, Gafar Uyub Depati Intan, panggil saja “Bang Ayub” mengenal dan membaca KWRI dari tahun 2003 saat sekjen pertamanya Zakata Barus, datang ke bumi Bengkulu berkenalan dengan saya dan mengenalkan KWRI sebagai salah satu wadah Organisasi Wartawan Indonesia, yang memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) yang dinamis, sejiwa dan senafas dengan pemikiran perjalanan saya sebagai Jurnalist (Wartawan), yang sudah berjalan 35 tahun sebagai Wartawan Otodidak.
Sebelumnya saya anggota Organisasi Wartawan, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Persiapan Cabang Persiapan Provinsi Bengkulu, era Yudian Rasyid menjabat Ketua Cabang dan M Sholeh Chalik Sekretaris. Saya pernah dibesarkan di PWI, singkat cerita terima kasih atas pembinaannya. Kita adalah sahabat yang baik, sesama pengurus dan anggota antar Organisasi Wartawan (Wadah), penegakkan disiplin Pers Indonesia yang sama kita cintai ini.
Pada tahun 1996, saya menyatakan keluar dari PWI. Dan tidak bergabung dalam organisasi Pers Indonesia selama, 8 tahun sampai 2004. Boleh disebut “luntang lantung” namun karya-karya Jurnalist saya waktu tersebut dapat dibaca di Koran Mingguan “SWADESI”, Inti Jaya dan Majalah DR (Detektif dan Romantika) semuanya terbitan Jakarta.
Kendati tanpa organisasi selama 8 tahun tersebut, tapi tidak tanpa berita. Saya berusaha bersaing sehat dan belajar dengan para Jurnalis-jurnalist senior dan hebat Indonesia. Saya sadar betul, tanpa berita saya malu. Maaf, saya tidak bangga hanya mengantongi Kartu Pers Redaksi dan Kartu Pers Organisasi Wartawan, baik saat berada di PWI, maupun di KWRI saat ini.
Saya, terus bekerja keras berusaha menyajikan berita akurat bersifat Kontrol bukan hoak (bohong), dan tak heran juga banyak oknum yang sinistis terhadap diri saya, atas berita-berita yang saya turunkan, dan artikel-artikel yang saya tulis. Seputar buruknya kondisi pelaksanaan pembangunan pada daerah-daerah tertentu.
Dan kuat dugaan tingginya permainan Fee proyek, yang merusak kondisi riil fisik dilapangan, karena gagal dikerjakan dengan baik oleh rekanan kontraktor, yang dibebani fee tinggi, tidak tercatat dalam perjanjian kontrak kerja, harus rekanan bayar. Dan sangat memberatkan rekanan. Sehingga sejumlah item pekerjaan tidak mampu dimaksimalkan seluruhnya.
Belum lagi sejumlah pungutan liar (pungli), pada meja oknum pejabat tertentu saat rekanan mengajukan tarmyn pencairan dana tagihan. Fee dan pungli harus dihentikan, sehingga pengerjaan proyek secara fisik dan penerapan teknis secara benar dapat dilaksanakan, konsultan dan pengawas. Ini juga merupakan tanggungjawab pengurus dan anggota KWRI, salah satunya control social dalam pembangunan sebagai Jurnalis yang Independen dan menjaga kemerdekaan Pers yang dilindungi UU No.40 tahun 1999 tentang Pers.
Dimana setelah saya baca dan simak dengan cermat, ada sejumlah pesan dalam tubuh Organisasi KWRI yang harus dilaksanakan oleh pengurus dan anggotanya antara lain :
- Melaksanakan amanat Pers berdaulat, Pers Perlawanan terhadap setiap tindakkan, “Penindasan”
- Perlawanan terhadap “setiap tindakkan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).”
- Perlawanan terhadap “Kebodohan dan Pembodohan”
- Perlawanan terhadap, “Kemiskinan dan Pemiskinan” oleh sistem pemerintahan yang berkuasa.
- Perlawanan terhadap Praktik KKN, (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme)
- Perlawanan terhadap “setiap Penyimpangan Pembangunan, Budaya dan Hiburan”
Amanat yang terungkap ditubuh KWRI, dirasakan sangat berat untuk dilaksanakan dan dikerjakan dengan baik dan benar.
Karena banyak sudah usaha penerbitan yang belum kokoh dan kuat secara vinansial untuk mendanai lembaga dan operasional sebuah penerbitan secara cukup (professional), tak heran banyak bermunculan oknum Wartawan Nakal?. Termasuk di penerbitan yang kami kelola, BEO.co.id (BiDiK07 ELANGOPOSISI & GEGERONLINE.CO.ID, Media Cetak dan Online).
Dan Wartawan (Jurnalist), BEO.co.id dan Gegeronline, karena sudah bergabung dengan kami, berusaha menahan diri dan mengencangkan ikat pinggang, ditengah lapar yang tinggi dan menderu-deru. Yakinlah, setiap yang bernyawa akan diberi rezeki oleh tuhannya Allah yang satu.
Mari kita jaga bersama, bahwa “akal (fikran) dan nafsu, “sangat sering berbuat kejahatan dan ingkar dari kebenaran.” Tanyalah diri kita masing-masing, “Iya atau tidak?” artikel ini tidak sama sekali bermaksud menohok anda, hanya sama-sama saling mengingatkan.
Dan belajar dari kesalahan untuk tidak mengulangi dan terpuruk di lobang yang sama, semoga. (*). ——Bersambung.
Penulis Ketua DPD KWRI Provinsi Bengkulu, Pemimpin Redaksi GEGERONLINE & BEO.CO.ID – Putra ASLI Kerinci.
