Pendidikan Sekolah Dasar (SD), SMP & SMA – MIN, MTsN, & MAN, Negeri Swasta telah berkembang cukup baik dari tahun ketahun, namun kesenjangan sarana dan prasarana fisik sangat dirasakan di Kabupaten/ Kota dan Propinsi, khususnya Bengkulu.
Peningkatan lainnya, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), juga berjalan baik, namun untuk sekolah berbasiskan Agama dirasakan sangat tertinggal untuk daerah/ desa (dusun) tertentu, di Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu.
Apa lagi jumlahnya sangat sedikit, sangat tidak memadai jumlah, MIN/MIS, MTsN/Swasta dan MAN dan Swasta, selain jumlahnya sedikit daya dukung Pemerintah daerah Kabupaten/ Kota dan Propinsi juga sangat minim, (terbatas) karena masih rendahnya PAD (Penghasilan Asli Daerah) di Kabupaten/ Kota dan Propinsi minimnya dana dari pemerintah, termasuk partisipasi masyarakat ?
Tim Catatan yang terabaikan, Mediaonline BEO.CO.ID, berbulan-bulan mengumpulkan informasi/ data pendidikan berbasiskan Agama, khususnya Islam, dari beberapa “Catatan yang terabaikan, masih memerlukan partisipasi kita semua bersama pemerintah Republik Indonesia, khususnya di Kementerian Pendidikan Nasional (Diknas) dan Kementerian Agama”
Pentingnya pendidikan Agama, dari anak usia dini sebagai pagar bagi dirinya agar lebih tahu dan menyadari apa yang dilarang dalam ajaran Agama dan apa yang diperintahkan harus dijalankan secara benar.
Tidak generasi muda kita saat ini, cikal bakal pemimpin masa depan dinegeri ini, selain memiliki SDM yang mapan, Cerdas, tekun dan creative, harus memiliki tanggungjawab (komitmen ) yang kuat sesuai tugas, profesi dan pekerjaan dipemerintahan dan non pemerintahan, pagar yang kuat bukanlah banyaknya UU dan aturan yang dibuat, tapi kesadaran yang kuat, malu dan takut berbuat salah dan menyalahgunakan wewenang, jika ia diamanatkan jadi pemimpin dinegeri ini.
Dari catatan Tim Catatan yang terabaikan, dibawah asuhan redaksi BEO.co.id, menilai sangat penting dasar pendidikan agama bagi generasi kita saat ini untuk berkompetensi secara sehat dan professional, dalam merebut, memperoleh tempat/ jabatan dalam bernegara dan berbangsa.
Dan tidak sekali-kali mengenal praktik KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme), yang ada komptensi sehat, jujur, benar dan bertanggungjawab, tanpa membeda-bedakan, “suku, ras, agama dan antar golongan” kita satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan pedoman Panca Sila dan UUD 1945.
Maka pendidikan harus menjadi invstasi bagi bangsa, Negara dan masa depan negeri yang kita cintai ini. Jangan lupa landasan pendidikan agama harus kian diperkuat dan diajarkan secara jujur, benar, mampu detail dan professional.
Sarana dan prasarananya, mulai dari fisik, non fisik (tenaga pengajarnya) harus professional, punya kemampuan dibidangnya masing-masing.
Dari data dihimpun/ keterangan diperoleh Tim Catatan yang terabaikan jumlah sekolah berbasiskan Ajaran Islam (Pendidikan Dasar Islam), se-Kabupaten Rejang Lebong, yang terdiri 156 desa, 15 kecamatan, dengan jumlah penduduknya lebih kurang 270 ribu jiwa, memiliki sekolah dasr Madrasah, Snauwiyah dan aliyyah, yakni: Madrasah Islam Negeri (MIN), 4 Sekolah, Swasta 12 sekolah.
Untuk MTsN 2 (Madrasah Tsnauwiyyah Negeri), Swasta 4 dan MAN (Madrasah Aliyyah Negeri), 1, dan Swasta 2. Total negeri dan Swasta 23 sekolah. Bayangkan sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah desa dan penduduknya.
Sudah seharusnya Negara memberlakukan sama secara fisik sarana dan prasarananya, serta peningkatan SDM dan kualitas tenaga pengajar (pendidik), guna mencerdaskan generasi bangsa kedepannya.
Kepaa Kantor Kementerian Agama, Kabupaten Rejang Lebong, Lukman S,Ag, MHi dihubungi pecan lampau diruang kerjanya, membenarkan jumlah sekolah berbasiskan madrasah sangat sedikit jumlahnya dan sarana dan prasarananya sangat minim (terbatas).
Menjawab pertanyaan Tim CTYT, mengatakan saya hanya bisa menghimbau dan meminta-minta untuk peningkatan sarana fisik, namanya saja kita meminta,…jika dikabaulkan Alhamdullillah, jika belum kita hanya merawat yang ada, dan bekerja keras menggerakannya. Tandas pria berkulit Sawomatang kehitaman ini, pada Tim CTYT. (***).
Penulis/ Editor dan Penanggungjawab: Gafar Uyub Depati Intan.