spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Masyarakat Lebong Sulit Beli Pupuk Subsidi, Aryanto Jalal : Minta Dewan Cross Cek “Pedagang Nakal”

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
LEBONG, BEO.CO.ID – Kesulitan beli pupuk subsidi yang dialami masyarakat Tangua, Kecamatan Uram Jaya dan sebaliknya juga dialami di Desa Selebar Jaya Kecamatan Amen, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, dikeluhkan masyarakat, minta dewan turun kelapangan cros cek distributor pupuk subsidi.
Data yang telah himpun oleh media ini, sejak naiknya harga pupuk subsidi sebagaimana telah diketahui, baru-baru ini diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) 49/2020 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2021.
Harga pupuk urea yang semula Rp 1.800/kg, naik Rp 450 menjadi Rp 2.250/kg, lalu pupuk SP-36 dari HET Rp 2.000/kg naik Rp 400 sehingga menjadi Rp 2.400/kg. Seperti dikutip dari finance.detik.com yang dipublis Rabu, 13 Jan 2021 16:24 WIB beberapa hari yang lampau.
Dari hasil temuan media ini dan keterangan masyarakat harga pupuk subdisi dari pegadang di desa Tangua pupuk subsidi NPK PHONSKA 50 kg dengan harga eceran tertinggi mencapai Rp. 145.000,- sedang untuk pupuk subsidi UREA (Nitrogen) 50 kg dengan harga untuk petani Rp. 125.000,-. Tapi pupuk subsidi yang ada diwilayah tersebut, sulit didapatkan.
Dari pantauan lapang terdapat puluhan karung pupuk NPK PHONSKA 50 kg disalah satu rumah warga pupuk subsidi, untuk dijual kembali dengan harga mencapai Rp. 220.000,- per karungnya, dengan sistem ngutang, pembayaran setelah panen dengan 5 kaleng padi. Dan hal yang sama dengan pupuk UREA (Nitrogen) 50 kg dibayar 4 kaleng padi, jika didominalkan kurang lebih Rp. 200.000,-. Ketika awak media ini mencoba menanyakan langsung kepada pegadang salah satu tokoh berinisial DRM, (26/1/21).
“Pupuk subsidi habis, mungkin 10 hari lagi pupuk subsidi masuk, tunggu saja 10 hari lagi, ini ada yang non subsidi harga Rp. 200.000,-,” kata karyawan tokoh yang bekerja ditokoh tesebut, (31/1/21).
Kesulitan itu diungkap langsung oleh salah satu petani yang ingin membeli pupuk saat dijumpai media Beo.co.id di Desa Tangua, Minggu siang (31/1/21) yang enggan namanya ditulis dimedia ini.
“Kami disini sulit mendapatkan pupuk subsidi, padahal sudah tiga hari mendatang Tokoh Darmadi dan sebaliknya dengan Yomi daerah Embong, padahal ini mau beli,” terang petani
Diterangkan lagi oleh sumber, kami mengalami hal ini setiap turun tanam padi dan setiap tahunnya. Kesulitan ini tidak hanya dirasakan didaerah ini, termasuk daerah desa Lemeu dan banyak juga masyarakat yang menanyakan pupuk subsidi tersebut.
“Tadi saja banyak masyarakat dari Lemeu ingin membeli pupuk, tapi barangnya tidak ada. Sedang dalam dua hari yang lalu ada mobil truk masuk ke Tangua membawa pupuk subsidi malam hari dan kemana pupuk subsidi itu semua,” tanyanya.
Hal senada dijelaskan salah satu tokoh masyarakat Desa Selebar Jaya, Nedi Aryanto Jalal saat dijumpai dikediamannya, terkait melonjaknya harga pupuk subsidi dan kesulitan petani untuk membeli, (31/1/21).
“Saya meminta kepada ketua DPRD Lebong, bapak Carlen Rosen dan Ketua Komisi III, bapak Rama Candra beserta anggota untuk turun kelapangan, guna mempresur harga pupuk serta kelangkaan pupuk subsidi,” ucap Nedi waktu berbincang kepada wartawan media ini.
Tujuan ini, untuk wakil rakyat yang duduk parlemen daerah, agar bekerja sesuai dengan tugas dan wewenangnya serta mengawasi dalam menangkap inspirasi keluhan masyarakat petani yang dialami saat ini, untuk mencari penyebab dan akibat serta dalang pemain pupuk bersubsidi ini.
“Jika ada penemuan dilapangan dari dewan dan pihak kepolisian yang terindikasi melawan hukum terhadap pupuk bersudsidi ini, tolong diproses. Ada pula dugaan penampung oleh oknum pengecer tertentu dengan jumlah yang besar diluar jalur, Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) untuk kelompok tani silakan proses,” tegasnya dengan ekspresi cukup marah sembari memperlihatkan kepada wartawan.
Dilanjutkan lagi oleh Nedi, diketahui semuanya ada standarisasi harga yang sudah ditentukan oleh kementerian Pertanian dalam satuan harga pupuk bersudsidi para petani.
“Saya beli untuk pupuk Urea 50 kg seharga Rp.140.000,- dan NPK PHONSKA 50 kg dengan Rp. 140.000,- dan kita mengindikasikan adanya permainan kotor dari oknum tertentu untuk melangkakan pupuk, sehingga petani kita membeli dengan harga yang cukup tinggi,” jawabnya ketika ditanya harga pupuk yang didapatkannya.
Media ini belum mengkonfirmasikan Ketua Dewan, Ketua Komisi III dan Dinas Pertanian Kabupaten Lebong serta kepada distributor (pegadang Kecamatan dan Desa) sampai berita ini diturunkan.

Pewarta : Sbong keme

BACA JUGA :  Hitung Cepat di Pilkada Lebong, Azhari - Bambang Unggul Dari Petahana

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

Tabut Bengkulu (Dokumentasi Yopoyo)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org