KERINCI, BEO.CO.ID – Hujan yang mengguyur Kerinci, Jambi khususnya di Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro, kembali dilanda banjir, Sabtu sekitar pkl 10: 15 WIB, 27 Januari 2024. Banjir kali membawa banyak batu dan Kerikil, masuk kedalam jalan Nasional Kerinci-Sumatera Barat, lebih kurang empat jam Jalan Nasional melumpuhkan kegiatan masyarakat setempat dan sekitarnya, demikian laporan masyarakat langsung keredaksi BEO.co.id, (27/ 1/ 2024) sore.
Masyarakat juga tidak bisa ke Balai Kersik Tuwo, pasar Transaksi ekonomi, jual beli hasil bumi dan Sembilan kebutuhan pokok. Akibat hujan dari Jum,at malam Sabtu dan meledak banjirnya pagi Sabtu. Jalan Nasional Tangkil Kerinci-ke Sumatera Barat berubah fungsi menjadi sungai. Menurut laporan masyarakat setempat air itu mengalir dari kaki Gunung Kerinci Sungai Tangkil.
Dampaknya sangat luar biasa kegiatan ekonomi, pendidikan, transportasi antar desa tetangga ke Desa Pelompek juga terganggu. Desa Pelompek sendiri juga dilanda Banjir dan Kayu Aro. Dan air dari Sungai Tangkil, mulai surut sekitar pkl 14.00 WIB Sabtu sore.
Masyarakat setempat mengatakan dalam keterangan Video yang diterima redaksi media ini, “ini adalah ujian dari Tuhan, mereka berharap dan berdo,a jangan sampai terulang kembali” Karena daerah ini berada dalam posisi topografi berada dikaki Gunung Kerinci, dekat dengan Danau Gunung Tujuh, danau tertinggi di Asia Tenggara. Desa Tangkil dan sekitarnya salah satu daerah penghasil Kental dan sayur mayor terbesar didaerah tiga Kecamatan Kayu Aro, Kayu Aro Barat dan Gunung Tujuh.
Banjir Sungai Tangkil yang menghanyutkan batu, koral ke Jalan Nasional yang berubah fungsi menjadi Sungai menurut warga sangat menakutkan, soalnya mobil-mobil yang rendah tidak bisa lewat karena banyaknya batu yang dibawa banjir.
Dan banyaknya Batu yang dibawa banjir, ada dugaan dari Tambang Kecil yang ada di Sungai Tangkil, belum diketahui milik siapa.
Posisi Desa Tangkil dan Sungai Tangkil, berada dibawah kaki Gunung Kerinci, banjir kali ini memang mengerikan jelas masyarakat, Karena pada malam hari Jum,at malam Sabtu sampai dini hari hujan turun cukup deras dan suara hujan menakutkan, begitu kuatnya.
Banjir ternyata juga melanda masyarakat Desa Lubuk Tabun, Kerinci banjirnya dari Sungai Kuning, Sungai Minyak dan anak-anak sungai sekitarnya.
Secara umum seluruh sungai yang ada di Kerinci, berhulu (Sumber mata airnya) di Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Dan jika TNKS digarap terus, tanpa mempertimbangkan kepantasannya (riil) yang bisa digarap bisa diyakini setiap musim hujan turun, Kerinci dan Kota Sungai Penuh akan “dikepung banjir dan longsor” dan itu telah kita rasakan sampai, 14 Januari dan 27 Januari 2023 (Sabtu) dilokasi berbeda.
Sebagian sungainya berhulu di Danau Belibis, yang sebagian besar sudah dirambah menjadi Ladang (Kebun), melibatkan oknum pejabat di Pemda Kerinci.
Dan sebagian berhulu di Danau Gunung Tujuh, dan Gunung Kerinci, dan sebagian di perbukitan biasa. Dan rata-rata diperkirakan ketigiannya dari permukaan laut 1.500 s/ 2000 meter dijika digunduli rentan dengan bahaya banjir, longsor dan amblas. Muaranya Kerinci akan menuai badai setiap musim hujan, dan tidak kemungkinan, Kerinci akan menjadi Danau, dan membahayakan bagi keselamatan Nayawa manusia.
Dalam pengamatan redaksi BEO.co.id, jika banyak pihak berpendapat hujan dan banjir itu, ujian dari tuhan Allah SWT, kita sependapat.
Namun, perlu didalami dan difahami, apa yang telah diberikan tuhan kepada Suku Bangsa Kerinci, bumi nan indah, subur, udara yang sejuk, hampir semua jenis tanaman hidup dan tumbuh subur di dalamnya, berbuah dan menghasilkan produksi seperti Kopi, Kentang, Kayu Manis, Sawah dengan Padinya yang menhijau, hutan yang lebat, Satwanya yang beraneka ragam harus dipelihara dan di jaga dengan baik.
Tidak bisa dimiliki dan di kelola dengan “cara-cara hantam kromo, semau-maunya, tanpa mempertimbangkan tingkat kerusakan lingkungan seperti Penebangan liar, Penambangan liar, dan Penambang tanpa memelihara dan merawat (melestarikan) lingkungannya, kendati memiliki IUP_OP (Izin Usaha Pertambangan Operasional Produksi).
Seperti di Siulak Deras ada dua tambang raksasa yang telah merusak ekosistem Sungai Tuak dan Sungai Cumbadak.
Yang sumber airnya dari Danau Belibis dan sekitarnya. Kegiatan penambangan di Sungai Tuak dilakukan PT. KRP, sedangkan di Sungai Cumbak oleh perusahaan CV. PILAR USAHA, keduanya sumber pendangkalan Sungai Batang Meraoo, karena pembuangan limbahnya tidak pernah dibuat, dan lingkungan dibiarkan rusak. Pemilik tambang hanya semata mengeruk dan memanen rupiah dari dua lokasi tersebut.
Dari data diperoleh BEO.co.id lima tahun terakhir, ekosistem Kabupaten Kerinci dari hulu Sungai Batang Meraoo, yang berhulu di Gunung Bungkuk Kecamatan Gunung Kerinci, dan Air Sungai Betung mudik, Air Betung dan sekitarnya bermuara Ke Tapan Kabupaten Pesisir Selatan (kabupaten barunya) sudah banyak yang ditebangi hutannya.
Banjir didaerah ini sangat rentan terjadi setiap turunnya agak deras (lebat), namun disayangkan tidak menjadi perhatian khusus pemerintah daerah, dan “tangan-tangan jahil (jail) bertindak semaunya melakukan penebangan.
Demikian juga di Danau Belibis/ sekitarnya, Gunung Kerinci (dikaki)nya, Danau Tinggi dan Sungai Kuning dan sekitarnya sampai kekawasan Pungut Mudik dan Hilir.
Musibah bencana di akhir 2023, 31/ 12/ 2023 dan 1, 2 Januari 2024 Kerinci di Kepung Banjir dan longsor dimana-mana, rumah hanyut dan korban harta benda dan ternak, yang menimpa Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh dan Kota Jambi, ini sudah harus menjadi pembelajaran berharga bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh dan Propinsi Jambi secara umum. Dan apa yang harus dilakukan kedepannya?
Dampakdari korban banjir yang telah diberi bantuan dan atau bagi yang belum Pemerintah Daerah Kerinci perlu turun tangan secara langsung, seperti yang terjadi di di Lubuk Tabaun, pada bantuan sebelumnya cenderung ada yang tidak tepat sasaran, PJ. Bupati Kerinci, tidak boleh percaya seratus persensen bantuan sampai dan tepat sasaran, sekali-kali perlu dilakukan sidak pada daerah/ desa yang dikeluhkan masyarakat.
(BEO.co.id /*** /mm).
Penulis/ Editor & Penanggungjawab: Gafar Uyub Depati Intan.