spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TELINGA, MATA WARTAWAN TIDAK SEKEDAR MENDENGAR & MELIHAT?

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Telingan, Mata Wartawn Tidak Sekedar Mendengar dan Melihat, apa yang didengar dan dilihatnya, sebagai Wartawan karena profesi dan pekerjaannya sebagai Jurnalist, berdasarkan UU No.40 tahun 1999 tentang Pers dan dilengkapi 11 point Kode Etik Jurnalistik (KEJ), sebagai pedoman kerja dan etika profesi, menjadi keharusan disampaikan pada public, setelah terkonfirmasi dengan baik, jujur untuk memperoleh kebenarannya.

Dalam memperjuangkan kebenaran, dan mendorong terciptanya rasa keadilan ditengah masyarakat. Temuan Wartawan atas peristiwa terkini, harus terseleksi dengan baik dan disampaikan sebagai hak public untuk mengetahuinya.

Orang yang diberikan pendengaran yang cukup, penglihatan yang jelas, daya cium yang kuat, daya sentuh Lidah yang bisa merasakan pedas dan asin, dibekali akal (fikiran) dan Nafsu, inilah manusia yang sempurna diberikan oleh Illah (tuhan) yang satu (ahad), tunggal-ini manusia luar biasa, wajib bersyukur pada sang penciptanya, Tuhan yang maha segalanya, tidak pada yang lain.

Dari kesempurnaan yang diberikan tuhan pada hambanya (manusia) yang kita miliki masing-masing dan dilebihkan dari yang lainnya. Dengan kesadaran masing-masing, bagaimana menggunakannya secara jujur dan benar bagi kepentingan publik.

Ribuan jumlahnya, bahkan bisa jutaan orang yang memiliki raga yang lengkap itu, memilih profesi (pekerjaan) Wartawan secara lahiriahnya memiliki syarat yang cukup, memilih pekerjaan Wartawan, mungkin sama dengan profesi dan pekerjaan lainnya.

Kita wajib bersyukur kepada sang pencipta, (sujud syukur) atas anugerah yang luar biasa diberikannya.

Secara ilmu, Ia (Wartawan, red) tidak buta minimal berpendidikan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas), formalnya seperti itu, namun tidak sedikit yang berpendidikan lebih rendah, juga ada yang mampu menjadi Wartawan. Karena Kreative, jujur dan berani mengungkap sesuatu dari peristiwa yang terjadi.

Kendati pun itu, ada pada orang tertentu yang diberi kelebihan oleh tuhannya.

Didunia modern (serba canggih) saat ini butuh penguasaan ilmu tentang informasi yang cepat (info terkini), tentu harus dibekali ilmu yang memadai dan peralatan yang diperlukan (cukup).Karena percepatan perkembangan dari hitungan menit dan seterusnya, akan meninggalkan percepatan Wartawan berfikir dan bekerja.

Namun, dari semua itu yang sangat strategis bagi yang telah memilih profesi (pekerjaan Wartawan) mampu menerapkan secara benar, membaca dan melihat informasi diatas kejujuran, guna melahirkan kebenaran, sebagaimana diamanatkan dalam UU No.40 tentang Pers dan 11 poin Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Wartawan Indonesia.

Dengan pemahaman yang benar terhadap informasi terkini yang muncul, membaca dan menangkap informasi itu secara benar, seleksif dan kritis apa yang sebenarnya terjadi dan berkembang ditengah masyarakat?.

Dengan kata lain, secanggih apapun peralatan yang digunakan, maka Wartawan harus mampu menggunakan daya dengarnya yang luar biasa ciptaaan tuhannya. Dan kata hatinya yang bersih. Berani menolak intervensi dari pihak manapun

Maka, “TELINGA-MATA WARTAWAN TIDAK SEKEDAR MENDENGAR & MELIHAT ?” sesuai judul (Topik) tulisan ini.

Kesehariannya, sering kita dengar dari masyrakat yang kian kritis (peduli tinggi), terhadap peristiwa yang terjadi, terkadang tidak terekspose oleh masyarakat Pers/ Jurnalist dari lapangan. Kendati kita telah berada dalam teknologi serba canggih dibidang informasi.

Maka telinga dan mata Wartawan, tidak sekedar batas mendengar dan melihat, karena profesinya sebagai Wartawan (Jurnalist) harus berlapang dada menerima kritikan pedas sekalipun dari masyarakt pembaca yang budiman.

Terkadang ada istilah dialamatkan pada “Wartawan.”  Dengan tudingan “Wartawan 86, Wartawan abal-abal, karena tidak membuat berita, terkadang muncul tudingan Wartawan Muntaber (Muncul tanpa berita), semua itu adalah koreksi positip bagi setiap wartawan yang yang telah memilih pekerjaan/ profesi Wartawan.

Sebuah mediaonline “BEO.co.id” yang terbit di Kota Curup, Bengkulu, sering mendapat kritik tajam dan keras, namun oleh Pemrednya, diterima dengan lapang dada. Apa yang disampaikan masyarakat 70 % dari seluruh kritik yang disampaikan, ada benarnya. Tinggal bagaimana menyikapi dan menjawab tantangan itu. ( *** ).

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

Tabut Bengkulu (Dokumentasi Yopoyo)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org