Laporan: Yelly Naiti/ Safwandi RB
KERINCI, BEO.CO.ID – Wartawati Yelly Naiti, 39 tahun dan Safwandi Rugandi Brusli, 44 tahun, yang menghubungi Kepala Sekolah SMP SATU ATAP (SATAP) Kerinci, Kecamatan Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi Senin, 18 Nopember 2024, tujuan mereka mengkonfirmasikan / klarifikasi, informasi diperoleh dari lapangan, adanya oknum Guru, dari PPPK (Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja) yang mengajar di SMP Satu Atap Kerinci, juga merangkap bermain proyek (memborong) resmi proyek dilingkungan Dinas Dikbud dan PUPR Kerinci. Benarkah ?
Setelah sampai di SMP Satu Atap No.43 Kerinci, Kepala Sekolah, Ny. Zainuri S.Pd, tidak berada ditempat, Ia DL (dinas luar) menghadiri salah satu acara diluar sekolah.
Mereka lalu menghubungi Wakil Kepala Sekolah (Wakasek),Hamriani, S. Pd, sering disapa “Bu Ham” sesuai prosedur berlaku. Wakil Kepala Sekolah,
Bu Ham, saat di minta keterangannya, menjawab pertanyaan Wartawati BEO.co.id, “menjelaskan bahwa jumlah Guru yang ada di SMP 43, ada 10 orang, dan 3 rang dari PPPK Kerinci, termasuk yang bernama Reki Fictoni dan Toni, sebagai guru olah raga, buk.
Dan Bu Zainuri, selaku Kepala Sekolahnya, itu adalah ibu kandungnya Toni,….buk. kata Bu Ham, “iya” Ibuk kandung ungkap Wakil Kepala Sekolah menjelaskan.
Yelly, dalam laporannya keredaksi menjelaskan setelah kami wawancara dengan ibuk Wakil Kepala Sekolah, waktu kami mau pergi, Toni, memanggil kami dengan nada tinggi, Pio nalak aku, pio nalak aku, kata Toni kental dalam bahasa Kerinci Mudik (Hulu) artinya, kenapa mencari saya, kenapa mencari saya ?
Saya tidak mencari bapak jelas Yelly, Saya cari ibuk Kepala Sekolah?. Toni, kembali mendesak pio nalak ibuk kepala sekolah hah sergahnya, dan pio nalak aku, artinya Kenapa mencari ibuk Kepala Sekolah hah, dengan suara tinggi dan mencari saya?
Kami langsung lari keluar dari perkarangan sekolah karena tidak mau terjadi keributan, selepas kami sampai di luar Pagar sekolah, Toni lagi-lagi memanggil kami. Hai maih kamain iko dulu, (hai mari kemari kamu dulu).
Lanjut Toni dalam bahasa Kerinci mudik yang kental, “aku dak ado nyaman nak itun dah ungkap Toni” artinnya saya (aku) tidak nyaman dengan cara begitu.
Lalu, Yelly menjawab apa masalah bapak (kakak) dengan kami, kami mencari ibuk kepala sekolah tidak mencari bapak (nalak kayo pak)? Bahasa Kinci mudik.
Toni, kian keras dalam bahasa Kerinci mudik, “nak ati iko itu apo, mau hati kalian itu apa” ?
Kami tidak ada keperluan dengan bapak dan tidak ada mau apa-apa kami cuman mencari ibuk Kepala Sekolah ada yang ingin kami konfirmasi pak itu saja.
Yelly, mengatakan apa salah kami sebagai wartawan cari ibuk kepala sekolah, kami harus konfirmasi setiap temuan, sesuai petunjuk dan perintah redaksi, agar tidak keterangan sepihak?.
Toni terus mendekati kami dengan nada tinggi, dan ngajak ribut, dan datanglah salah satu guru sekolah untuk menlerai keributan, dan guru sekolah itu mengiringi kami ke par-kiran motor, kami mau pulang.
Namun Toni terus mengikuti dari belakang dan sampai ke par-kiran motor di depan Pagar, Toni lagi bertanya dalam bahasa Kinci mudik (Hulu) “Pio iko nalak aku (Kenapa nencari saya) sambil berdiri di sepeda motor milik kami sambil memegang stang motor, melarang kami pergi.
Kembali Yelly menjelaskan, “kami idak nalak kayo (kami tidak mencari bapak), kami mencari kepala Sekolah, setelah di bilang ibuk tidak ada, kami bertemu dengan ibuk Wakil Kepala Sekolah dan kami bertanya berapa jumlah tenaga guru disini, berapa yang dari PPPK dan namanya siapa saja???
Apa itu salah, jelas Yelly pada Toni, yang tengah naik pitam, mungkin Pak Toni, tidak suka kedatangan kami (dua) Wartawan BEO.co.id, untuk konfirmasi dengan Kepsek SMP 43, yang juga ibu kandung dari Pak Toni.
Toni, masih terus bertanya? Dalam bahasa daerah yang kental? “apo, apo nak ati iko nalak aku, (apa-apa mau hati kalian, mencari aku (saya) jelas Toni, dengan nada menekan (memaksa) ?
Yelly, kembali menjelaskan, “kami tidak mencari bapak, kami mencari Kepala Sekolah SMP Satu Atap 43 Kerinci, sebatas itu iya, kata Toni.
Syafwandi alias Rugandi Brusli, yang diminta keterangannya langsung oleh pemimpin redaksi BEO.co.id, sebelum berita ini ditayangkan, mengatakan “kami memang diancam oleh Toni dan di ajak ribut, namun kami tidak melayaninya.
Kami dilatih untuk bekerja professional, sebagai Wartawan dan menulis berita, bukan dilatih untuk berkelahi?” jelas Rugandi Depati Intan, redaksi.
Namun, jika terpaksa dan kami sampai dipukul, saya siap hadapi kemungkinan terburuk. Saya akan melawan, sesuai kemampaun saya, dan siap mati.
Dan tidak mungkin saya membiarkan Yelly, sendirian dia seorang ibu (wanita) dan punya anak, jika sampai terjadi pemukulan, terhadap Yelly dan saya sendiri, saya akan melakukan perlawanan, “mati pun, saya sudah siap, karena membela kebenaran, siap” itu perintah pemimpin redaksi kami tegas Rugandi. (BEO.co.id /yn/ rg /*** ).