Dunia Wartawan (Jurnalistik) kian diminati kendati beresiko tinggi, bahkan kematian, seperti kasus penganiayaan terhadap sejumlah Wartawan yang berani menulis peristiwa apa adanya, yang tidak disenangi para pelakunya.
Belum pudar dalam ingatan penulis, kematian atas Syafruddin (Udin) Wartawan Harian Bernas Jogyakarta di era orde baru dan sejumlah wartawan lain, sampai saat ini belum terbongkar pelaku utamanya (otak pelaku), penulis Opini ini, tetap mendo,akannya semoga arwahnya diterima disisi tuhannya.
Dan kendati beresiko, dunia/ pekerjaan yang satu ini sangat diminati masyarakat Indonesia dan didunia Internasional. Dan 8 Oktober 2023, tujuh Wartawan Palestina, meninggal saat meliput perang Hamas vs Irael, duka keluarga mereka, juga duka insan Pers dalam dan luar negeri.
Namun belakangan ini menjamurnya penerbitan MEDIAONLINE, dan mudahnya mendapatkan surat tugas dan kartu pers tanpa ilmu pengetahuan dibidang Jurnalistik, dan “kartu pers dan surat tugas, didapatkan diduga dengan cara dibeli tanpa dibekali ilmu Jurnalistik.
Setelah dianggap Wartawan, karena punya Surat Tugas dan Kartu Pers, ternyata berbulan-bulan tanpa Karya Jurnalistik alias Wartawan Muntaber (Muncul Tanpa Berita), hampir setiap hari sibuk hilir mudik menghubungi nara sumber dan meliput peristiwa ternyata berbulan-bulan tidak ada beritanya.
Seharusnya, semakin banyak jumlah Wartawan, semakin menjamur informasi disampaikan dan diungkapkan kepada pembaca (masyarakat) luas.
Tidak hanya batas memiliki Kartu Pers, Surat Tugas, punya sertifikat UKW (Uji Kompetisi Wartawan), dan SKW (Sertifikat Kompetisi Wartawan), yang tertulis diatas kertas tanpa Karya Jurnalistik (tanpa Berita), sama dengan menciptakan Kebohongan, sejatinya dalam dunia Jurnalistik, Wartawan bukan butuh sertifikat yang penting dan perlu Karya Jurnalistik yang bisa dinikmati masyarakat pembaca.
Tentang kemajuan informasi pembangunan disegala bidang (sektor), kemacetannya, kendala, penghambatan, kejahatan dalam pembangunan, seperti Koruptor, penyalahgunaan Wewenang, menerapkan praktik KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme), dan kejahatan lainnya oleh oknum pejabat yang tengah berkuasa, bersama bawahan dan jajarannya.
Kita semua, minimal harus mengingatkan para pelaku, baik secara lisan maupun tertulis lewat media, (suara) dan gambar, bahwa kejahatan dalam pembangunan merugikan kepentingan masyarakat luas.
Peran / tugas Wartawan sangat penting dan Strategis berdasarkan UU No 40 tahun 1999 tentang Pers dan 11 Point Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Wartawan Indonesia, serta UU dan peraturan terkait lainnya.
Puluhan tahun belakangan ini, bermunculan Wartawan CNN (Cuman-Nengok-Nengok), repot tak jelas hampir setiap hari sibuk hilir mudik, masuk kantor keluar kantor katanya mencari berita, membawa Tas dan ransel serta memakai perangkat/ bak peralatan Wartawan ternyata beritanya tidak ada?
Entah apa yang dicari banyak oknum yang mengaku-ngku Wartawan itu, “punya Kartu Pers, punya Sertifikat UKW dan SKW?” Untuk apa,…???
Sebutan WARTAWAN CNN pertama kali Ngetop dan Viral istilah sekarang, dimasa Gubernur Propinsi Bengkulu dijabat Hasan Zen kini (alm). Menjelang hari Raya Idul Fitri saat itu bermunculan ratusan Wartawan baru, nota benenya “hanya berharap bingkisan/ pulus semata” dan CNN kian subur sampai sekarang, apa lagi di era mediaonline?.
Berdasarkan data diperoleh penulis, untuk memperoleh sertifikat UKW dan SKW (Uji Kompetisi Wartawan) dan Sertifikasi Kompetisi Wartawan), harus membayar uang pendaftaran lebih kurang untuk, “Pemula Rp1.050.000,- Madya Rp. 1. 900. 000,- dan Utama setingkat Pemimpin Redaksi Rp. 2. 500. 000,-“ baru bisa ikut Tes (ujian) untuk mendapatkan sertifikat.
Anehnya para Wartawan yang ikut UKW dan SKW, tidak pernah dilakukan pelatihan Wartawan sesuai tingkatannya, mulai dari “Pemula, Madya dan Utama” yang penting bayar uang pendaftaran, jika tidak lulus tahap pertama bisa ikut pada tahap berikutnya.
Coba bayangkan jika ribuan Wartawan yang ikut tes UKW dan SKW, jika dirata-ratakan pembayaran uang setoran bagi per-orang Rp.1. 500.000,- bisa menghasilkan uang ratusan miliyaran rupiah, seluruh Indonesia, pertanyaannya untuk siapa uang tersebut, apakah untuk panitia penyelenggara, apakah untuk tukang Tes, atau untuk pembinaan Wartawan/ Lembaga Pers,..?
Misalnya melakukan pelatihan tentang Jurnalistik, sebelum diadakan UKW dan SKW, kita sependapat kalau para Wartawan dilatih (ditatar) dulu, sebelum diharuskan mengikuti UKW dan SKW. Dan harus ada kejelasan peraturan dan perundang-undangan yang sah dan mengaturnya, tidak hanya kehendak kelompok tertentu, maaf “menjadikan UKW dan SKW” tempat mencari uang ?
Kita bingung untuk apa uang yang banyak itu?. Kita tidak ingin menjamurnya Wartawan CNN (Cuman Nengok-Nengok) tanpa berita.
Karena yang disebut, “Wartawan/ Jurnalistik” orang (manusia) yang aktive dan teratur melakukan kegiatan Jurnalistik, dan punya Karya Jurnalist yang bisa dipertanggungjawabkan.
Karena Wartawan, memiliki peran/ tugas, “mewujudkan demokrasi, kebebasan mengeluarkan pendapat dari masyarakat, dan mendorong tegaknya supremasi hukum”
Berpijak diatas kejujuran demi kebenaran, dan turut serta menciptakan rasa keadilan ditengah masyarakat.
Dan khusus kepada Wartawan “BEO.CO.ID & WARTAWAN KORAN “BiDiK07 ELANGOPOSISI” yang berbulan-bulan tanpa kabar dan berita, lebih baik memilih usaha dan pekerjaan lainnya. Dan atau bekerja dimedia lain.
Mungkin diluar sana, ada media yang siap memakai Wartawan, tanpa Karya Jurnalistik ?Karena Wartawan memiliki tiga tugas yakni: 1. Menyampaikan berita pembangunan disegala bidang (sektor). 2. Menyampaikan berita Budaya, Seni/ Sastra dan Hiburan. 3. Menyampaikan hasil Kontrol Sosial, (Sosial Kontrol) ditengah masyarakat, atas jalannya pemerintahan dan pembangunan.
Untuk mewujudkan, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” sebagaimana di amanatkan Panca Sila, pada butir Sila Kelima.
Solusinya, sangat diharapkan setiap Wartwan memiliki Karya Jurnalistik berdasarkan UU No.40 tahun 1999 tentang Pers dan 11 Point Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Bukan masuk kelompok Wartawan CNN (Cuman Nengok-Nengok), Muntaber (Muncul Tanpa Berita), dan WTM (Wartawan Tanpa Media) alias abal-abal. Jadilah Wartawan Kreative, Enovatip dan berkarya sebagai suguhan pada pembaca yang budiman.
Penulis sadar betul, Opini ini, tidak disukai Wartawan tanpa Karya Jurnalistik, “bagi penulis lebih baik dibenci, dari pada dipuja-puja dan dipuji, tanpa Karya. (***).
Penulis/ Editor : Pempred BEO.co.id, yang juga Ketua DPD-KWRI Propinsi Bengkulu, Pengamat masalah Kemiskinan dipedesaan, Putra Asli Kerinci. (gudi)