JAMBI, BEO.CO.ID – Wartawati Jurnalist Beo.co.id, Yelli Naiti, Perwakilan Kerinci dan Kota Sungai Penuh, Kamis (26/10/2023) lalu mengunjungi, Widodo, SP Tenaga Fungsional Dinas Pertanian Jambi, Mantan Wartawan Surat Kabar Mingguan “BiDiK INDEPENDEN” Bengkulu 2002-2005.
Ditugasnya, sebagai tenaga Karantina (hak paten) segala jenis barang atau tumbuhan yang harus diteliti secara benar, jika ada pihak-pihak yang memerlukan kedalam dan kelaur daerah bahkan keluar negeri sekalipun, kata Dodo.
Bidang yang menangani Karantina, dulu dibawah Menteri Pertanian, kini bernama Badan Karantina Indonesia keberadaannya langsung dibawah Presiden, perubahan itu terjadi setelah terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) 45 tahun 2023, jelas Dodo.
Kunjungan itu, semata membangun Siturrohmi dengan Senioritas dengan “Pak Widodo” sebagai mantan Wartawan BiDiK INDEPENDEN, kini bernama Koran BIDIK07 ELANGOPOSISI untuk media cetak dan onlinenya, BEO.CO.ID.
Pertemuan dengan “Pak Widodo” banyak cerita yang inspiratif (semangat) Jurnalist untuk diterapkan terkini, betapa kerasnya sistem kerja dan penerapan Independensi dalam membaca masalah yang diperoleh dari lapangan dan kelola redaksi menjadi berita siap saji. Kita sering ditanya berulangkali, untuk menguatkan fakta tidak hanya sebatas cerita.
Saat itu saya (Widodo, red) masih Kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, sekaligus bekerja sebagai Wartawan Mingguan Bidik Independen, salah satu media cetak tercatat Kritis dalam penulisan beritanya, tandas Dodo.
Dodo, juga banyak menceritakan kenangan “manis dan pahit” misalnya terlambat makan, dan kadang harus makan Mie, dalam mengelola berita, sehingga menjadi berita layak cetak (ditayangkan), selektifnya sangat keras diterapkan redaksi.
Saya sering mengingat hal itu saat membaca berita dari dulu sampai saat ini jelasnya. Banyak ilmu yang saya peroleh dan bermanfaat jelas Dodo.
Saya, sehari-harinya banyak dikantor sebagai redaktur pembantu, sekaligus mendampingi redaksi diperintah merilis berita dan editting.
Dan ilmu yang saya dapatkan selama bergabung dengan Media Cetak Bidik Independen saat itu, selama lebih kurang 4 tahun, dan sangat bermanfaat setelah saya tidak berada dimedia lagi.
Pemimpin Redaksi Bidik sangat hebat secara fisik, berpengalaman, (kuat) dan berani, punya Idealis terlihat jelas dalam independensi pemberitaannya, kenang Dodo.
Widodo, tercatat sebagai Wartawan Liputan Kota Bengkulu dan banyak mendampingi redaksi (Staf Redaksi) sebagai redaktur II, (Pembantu), berdasarkan data redaksi yang tersimpan rapi.
Dan membantu redaktur 1 “Mingguan Bidik Independen” yang diberikan kepercayaan kepada saudara, Andes Aldi Putra, S. Sos, MM, kini bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kerinci.
Dan banyak catatan gemilang dari mantan Wartawan Mingguan Bidik Independen Bengkulu, yang selanjutnya duduk di Pemerintahan, dan meneruskan Profesi sebagai Jurnalistik sampai saat ini, bahkan banyak yang berhasil membuka penerbitan sendiri (mandiri).
Menurut Yelli Naiti, “Pak Widodo” sangat ramah, humoris dan suka bercanda, terbuka blak-blakan itu menyenangkan, suka berbagi ilmu dan menceritakan kembali kepada saya, sebagai anak baru di dunia Jurnalistik.
Saya terima diberi penjelasan mengenai sistem dimedia Bidik kini tergabung dalam media BEO, Online dan cetak.
Dalam penerapannya, tetap mengutamakan chek dan richek kelapangan, maka setiap kasus dugaan praktik KKN, berani dan konsisten diberitakan, dengan semboyan “MINGGUAN BIDIK INDEPENDENT, MEMBEDAH PERISTIWA BERPIHAK PADA RAKYAT”
Waktu berjalan tahun berubah. Masing-masing menjalankan marwah dan ruh perjuangannya berpisah dalam profesi/ pekerjaan hal biasa, tapi tetap bersahabat yang baik.
Wajib disyukuri sejumlah mantan Wartawan Bidik, berhasil jadi orang mandiri dan menentukan perjalanan usaha hidup secara baik dan professional, dan sebagian besar memilih bekerja di Pemerintahan, selebihnya melanjutkan profesi didunia Jurnalistik antara lain, Zainal Antoni, Roki Eka Putra, AMd, dan Dedi Ariko.
Dan nama yang satu ini adalah redaktur Senior (pertama) di Mingguan Bidik, sudah lama hijjrah ke Ibu Kota Negara Jakarta, masih active di Press, sekaligus membuka usaha di Desain media online, dan website serta mendalami teknologi “ID”. Dan telah melakukan perjalanan antar Negara tetangga di Asia Tenggara.
Dan ada lagi nama Purna Herawan redaktur pelaksana Bidik, berdampingan Roki Eka Putra, menggantikan posisi Dedi Ariko. Purna Herawan sudah lama menjadi ASN, dan menduduki jabatan di Humas Universitas Bengkulu (Unib), Ia redaktur pemberani dalam melangsier berita-berita keras. Berperawakan kecil dan pendek, tapi otaknya besar.
Dan paling sering di ingatkan redaksi, agar lebih cermat, tapi tetap semangat.
Nama-nama para mantan Wartawan Bidik, yang alih profesi antara lain Suardesi, dikenal “Rozi” kini menjabat Kepala Desa Sungai Batu Gantih, Kecamatan Gunung Kerinci dua periode dari 2015 silam era bergulirnya dana desa (DD), sampai masa bhakti 2026 mendatang, sekaligus menjabat Ketua APDESI (Assosiasi Pemerintahan Desa), Ketua Cabang Kabupaten Kerinci.
Sekaligus punya reputasi baik, berhasil menghantarkan Desa Sungai Batu Gantih, terbaik kedua di tingkat Propinsi Jambi, dari penilaian pembangunan infrastruktur dan kerapian tata letak yang diperlukan bagi kepentingan warganya.
Bidik, kini bernama “BiDiK07ELANGOPOSISI media online dengan website BEO.CO.ID, mendidik generasi sebagai pekerja keras, berfikir/ banyak membaca dan mandiri.
Ketika para wartawan masih active 100 persen dimedia cetak sikap, kerja keras, berani, dan Independen yang ditanamkan pada para Calon Wartawan dan Wartawati.
BEO.co.id sampai saat ini masih menguatkan tim kerja redaksi, berkalaborasi antara Senioritas umur dan pengalaman, antara lain Amir Syarif, 74 tahun menjabat Wakil Pemimpin Redaksi, Herri Darsyah, 69 tahun Pembina dan Penasehat Perwakilan Lebong dan Bengkulu Utara (Staf redaksi). Dan Redaktur Pelaksana Eluban Rna Intan, 36 tahun generasi penerus. Selebihnya rata-rata antara 27 s/d 40 tahun.
Karena praktik Jurnalist yang jujur, benar, berani dan bertanggungjawab adalah sumber ilmu yang patut ditiru, kata Gafar Uyub Depati Intan Pemimpin Redaksi BEO.co.id, mengutif pendapat Wartawan, Budayawan dan Sastrawan Mochtar Lubis Wartawan tiga Zaman yang terkenal berani dan kritis itu.
Ditegaskan Bang Ayub, panggilan akrap Gafar Uyub Depati Intan, menjelaskan pilihan profesi/pekerjaan Wartawan minimal ada lima catatan penting siap dilaksanakan dalam bertugas.
“Pertama siap lapar, siap mendapat tekanan dari berbagai pihak, jika berani kritis” Lapar dimaksudkan disini, (bisa menahan diri), karena peluang melakukan kejahatan dan mendapatkan uang besar terbuka lebar, jika mau sama-sama kongkalingkong dengan para oknum pejabat yang jadi penjahat dalam praktik KKN?”
Siap dicaci maki dari oknum pejabat, pengusaha hitam, politisi yang kasusnya terbongkar dari penelusuran yang diberitakan Wartawan.
Siap menghadapi banyak resiko, tekanan, terror/ ancaman fisik, bahkan terberat resiko penganiayaan ringan dan berat, akibat pemberitaan, bahkan kematian, seperti banyak yang terjadi pada para pendahulu (Wartawan senior), seperti Mochtar Lubis, era pemerintahan Soekarno ditahan Sembilan tahun dan era Soeharto tiga bulan, semua dampak dari pemberitaan yang diturunkan.
Dan Wartawan Harian Bernas Yogyakarta, Syafruddin alias Udin, yang mati berdarah dan sadis, pelaku sebenarnya belum diketahui sampai saat ini.
Siap berikutnya menahan godaan harta dan wanita, yang diperoleh dari peluang praktik KKN, untuk meredam berita.
Saya, sampai tahun 2023 sudah 36 tahun bergelut didunia Wartawan, godaan itu sangat banyak sekali, tergantung masing-masing pribadi kata bang Ayub.
Siap menahan Nepotisme, kalau bertugas didaerah sendiri. Sangat banyak family, keluarga dan koleha dekat meminta pertolongan untuk tidak diberitakan (diungkap) peristiwa yang sebenarnya.
Kelima siap dimaksud memang sangat berat, tapi berjalannya waktu, lanjutnya usia, banyaknya pengalaman, “manis dan pahit” akhirnya membuat kita mencari jalan yang patut dan pantas, dengan cara mendekatkan diri pada yang maha memiliki kekuatan, maha penghancur yang dahsyat, maha pengasih dan maha penyayang dan maha cepat dalam hitungan detik, Allah,…allah, allah akan mengubahnya.
Jika dekat dengan Allah, yang maha segalanya itu, dengan memperbaiki Sholat, insyah allah bisa merasakan hidup tenang dan enak kendati sangat sederhana. Allah hanya ada satu, tidak ada tuhan selain Allah itu pasti, tutup bang Ayub.
Laporan : Tim BEO.co.id /yn, (Sbong Keme).