Laporan: Sandra Boy Chaniago
KERINCI, BEO.CO.ID – Gedung Work-Shop (Bengkel bongkar pasang) dan tempat memarkir dan menyimpan alat berat Dinas PUPR Kabupaten Kerinci yang dibangun dimasa H. Murasman, menjabat Bupati Kabupaten Kerinci, Prop. Jambi 2009-2014 silam diwilayah Desa Koto Lebu Tinggi, Jalan Jalur Dua, Kecamatan Siulak (Bukit Tengah) Kerinci, kini ‘’bak rumah tinggal tak bertuan’’ kotor, kaca-kaca sudah pecah dan corat-coret pada dinding, kental sekali tanpa perawatan.
Hasil pemantauan Wartawan BEO.CO.ID, pekan lalu gedung work-shop itu berdiri sekitar jarak 600 meter dibelakang kantor DINAS PUPR Kerinci, kini ditumbuhi rumput liar, tak ada kegiatan kedinasan sepi sunyi tak jauh beda dengan rumah ditinggal penghuninya, (bak rumah tak bertuan).
Padahal Bengkel bongkar Pasang itu, adalah asset pemerintah daerah Kabupaten Kerinci yang dibangunan menghabiskan uang ratusan jutaan rupiah, harus diaktive dan gunakan sesuai peruntukkan serta dipelihara sebagaimana mestinya. Dan pemeliharaannya tanggungjawab Sekda Kerinci bersama Bupati, harus ada solusi (jalan keluarnya), tidak sama sekali didiamkan.
Tak heran muncul pertanyaan dari masyarakat, dan dinas instansi Pemdakab Kerinci sejak DR.H. Adirozal, MSi, menjabat Bupati Kerinci menggantikan H. Murasman, selama dua periode kini sudah berjalan 8 tahun (periode) kedua Pemkab Kerinci, sama dengan tidak memliki workshop (bengkel-bongkar pasang dan pengamanan alat berat).
Bupati Adirozal, (bukan adirusak) justru membiarkan gedung tersebut terbengkalai. Apa sebabnya maka tidak dioperasikan, secara detail tentu Bupati dan dinas terkait lebih tahu. Bahkan pintu masuk ke kantor war shop di jalur dua Bukit Tengah itu sudah tampak lama di Pagar masyarakat, (pemilik tanah).
Kendaraan yang bisa lewat hanya pengendara roda dua (motor), saat media ini mencoba untuk mencari kebenaran kenapa di depan kantor wark-hop di pagar…?
Sabtu, 4 Juli 2022, Wartawan BEO.co.id, menghubungi pemilik tanah di Desa Koto Lebo Tinggi, berinisial R, 67 tahun dengan suara yang lantang beliau mengatakan betul tanah itu milik saya.
Tanah yang saya jual (hibah) tegas R, hanya 20 X 25, dimasa H Murasman, menjabat Bupati Kerinci. Yang dijual tidak lebih dan tidak kurang hanya seluas tersebut, bagian depan dan belakang kantor tanah masih milik saya, yang hak Pemdakab Kerinci 25 X 20 meter hanya itu, tidak ada yang lain.
Maka saya pagar. Yang dipagar adalah tanah saya, bukan tanah Pemdakab Kerinci, tegas R, pada awak media ini. Tidak bisa digrtiskan semua, saya dan keluarga juga mau hidup.
Kalau mau dikembangkan untuk kepentingan work-shop Ia harus dibayar dengan harga pasaran umum saat ini, tidak bisa Gratis, Pemdakab Kerinci kan punya uang, dan anggaran kita harus tahu hak dan kewajiban, ujarnya.
Dari monitoring (pemantauan) tiem BEO.co.id, wajar saja alat-alat berat milik Dinas PUPR Kerinci, menumpuk di depan kantor dinas PUPR Kabupaten Kerinci di Bukit Tengah sudah menahun lamanya.
Masalah sudah diketahui, tanggapan sudah ada dari pihak yang merasa dirugikan yakni pemilik tanah yang sah, bapak R. Seharusnya kita berada di solusi (jalan keluarnya) bukan membiarkan, gedung Work-Shop menjadi tugu mati tanpa makna dan tanpa guna alias mubazier jika tidak diselesaikan. (***)
Laporan : Jurnalist Beo.co.id, Perwakilan Kerinci & Kota Sungai Penuh.
Editor/ Penulis : Gafar Uyub Depati Intan.
