Keberadaan dan peran perempuan dikancah politik nasional sudah lama digaungkan, harus terpenuhi keterwakilan perempuan 30% sampai kedaerah, kabupaten/ kota dan propinsi baik posisinya di baleg (Balon Legislatif), parlemen maupun kepala daerah, bupati/ walikota dan gubernur, peluang itu telah lama diatur dalam perundang-undangan di negara kita tercinta ini, tak terkecuali Kota Sungai Penuh, Propinsi Jambi, negeri berjulukan, “sepucuk jambi Sembilan lurah”
Kota Sungai Penuh, lahir dari salah satu tokoh Kerinci, H. Fauzi Si,in, Cs mantan Bupati Kerinci dua periode, bersama para tokoh lainnya.
Kini sudah berusia, 15 tahun, tepat HUT-nya, 8 November 2023 lalu. Daerah/ Kota Sungai Penuh, Jambi ini sejak berdiri telah dipimpin dua orang walikota, putra terbaik daerah Sungai Penuh & sekitarnya. Asyafri Jaya Bakri, lebih dikenal ‘AJB” berkuasa dua periode dan Ahmadi Zubier, sekarang.
Pertanyaanpun berseleweran ditengah masyarakatnya, bersifat korektif sudah majukah pembangunannya, dan telah sejahterakah masyarakatnya ?
Pertanyaan itu sulit dijawab, karena belum terlihat reputasi murni prestasi gemilang dari kedua walikota Sungai Penuh itu.
Tapi, kita tak boleh menjastis langsung, dikatakan “gagal total” plus-minusnya tentu ada ditangan keduanya.
Jika ditanyakan pada masyarakat Kota Sungai Penuh dipusat kota mayoritas dihuni “Asli Sungai Penuh satu Kecamatan, berkalaborasi dengan masyarakat asal Minangkabau, mayoritas Pedagang, yang juga sudah berbahasa daerah alias minang keturunan” atau Minang Kincai, mereka satu dalam damai dan berdampingan. Dan banyak di ikat dengan perkawinan silang.
Mayoritas yang tak kalah jumlahnya masyarakat Pondok Tinggi, berada dalam satu kecamatan, berdampingan langsung dengan kota, mereka juga hidup rukun dan damai dalam kesehariannya.
Pondok Tinggi dan Sungai Penuh serta Dusun Baru, Kecamatan Sungai Bongkal dan sekitarnya banyak melahirkan tokoh-tokoh perjuangan antara lain Mayor Kokoh TNI-AD, mantan Bupati Kerinci dari Pondok Tinggi.
Dan nama besar yang paling terkenal pada eranya, Mayjen H. A. Thalib Sungai Penuh, jenderal TNI-AD asal Sungai Penuh, sekaligus jenderal pertama dari Propinsi Jambi, era perjuangan pra Kemerdekaan dan setelah Kemerdekaan, sampai era orde baru, terakhir sebagai duta besar Indonesia di Malaysia.
Kita ketimur Kecamatan Hamparan Rawang, dulunya disebut “Tanah Sibingkeh” hamparan Rawang, tempat anak batino (saudara perempuan) Suku Bangsa Kerinci, disebut tempat “batanak batunggu jarang” tigo kehilee empat tanah Rawang, dan tigo kemudik (hulu) empat tanah Rawang”
Tanah Hamparan Rawang, secara adat (milik orang Kerinci), tidak terbantahkan, pernah menjadi pusat perkumpulan para Pejuang melawan penjajahn Belanda, ditanah Hamparan Rawang, tempat berkumpul dan makan sekembalinya para pejuang melawan Belanda, dan tempat Rapat Masyarakat Adat Alam Kerinci, (MAAK) dieranya.
Kini Kecamatan Hamparan Rawang karena luas, telah dimekarkan menjadi dua kecamatan Pesisir Bukit dan Kota Baru. Bila mengarah ke Selatan, ada Kecamatan Kumun Debai dan Tanah Kampung sekitarnya daerah ini juga banyak melahirkan tokoh perjuangan, terutama dari kaum Agamis, para Imam/ ulama didesa turut melawan Belanda.
Semuanya dulu bagian yang tak terpisahkan dari suku melayu tua, Kerinci tinggi dan rendah. Pada abad ke VI disebut kerajaan Sigindo Kincai (Kerinci) atau Kurintyi.
Yang kuat dan kokoh, pasukan kerajaan Sriwijaya pun tak mampu taklukan Kerinci, ini harus menjadi kajian generasi muda kedepan Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Terlepas itu semua, sebagai catatan pergerakan, bukan untuk dilupakan, kini Kota Sungai Penuh telah berdiri sejak 8 Nopember 2008, termasuk kota standar sedang.
Kini dipimpin Ahmadi Zubier, menggantikan Asafri Jaya Bakri, empat tahun silam.
Dua putra terbaik itu masing-masing telah diberi kepercayaan oleh masyarakat Kota Sungai Penuh, untuk membangun kota yang maju sebagai pusat transaksi, politik, budaya dan pusat ekonomi masyarakat Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, sebagai pusat perdagangan, sampai saat ini.
Kedua putra terbaik Kota Sungai Penuh itu, telah memegang kepercayaan 10 tahun ditangan Asafri Jaya Bakri dan 5 tahun ditangan Ahmadi Zubier, tak lama lagi akan berakhir, ternyata pembangunannya bergerak-gerak, tapi tidak jauh mengubah keadaan, “lebih maju, lebih sejahtera, dan dinamis dari sebelumnya.”
Pertanyaan apanya yang salah, sedangkan dana APBD Kota dan bantuan dana APBN dari pemerintah pusat, 15 tahun sudah menghabiskan dana trilyunan rupiah.
Seharusnya hasil yang dicapai, minimal ada keseimbangan pembelanjaan uang dan realisasi riil dilapangan, artinya kotanya maju, ekonomi bangkit, dan masyarakatnya sejahtera.
Naik dan akan turunnya masing-masing Walikota Sungai Penuh itu, diwarnai, “umpat-umpatan dari masyarakatnya, karena masih banyaknya catatan minor yang harus diperbaiki dan ditingkatkan, siapapun Walikota Sungai Penuh, kedepan?
Dan sejumlah catatan minor atau pekerjaan rumah (PR) yang belum tuntas, ada 8 poin penting tuntutan para pendemo dari kalangan mahasiswa (kampus), bertepatan dengan hari HUT ke 15 Kota Sungai Penuh, yang berakhir ricuh.
Berikut delapan tuntutan yang perlu kita simak bersama.
1. Mengawal Problema Kepemilikan SPBU Kumun.
2. Penegasan penempatan Parkir, karena masih banyak di temukan parkir liar dan tarif yang tidak sesuai dengan Perda Kota Sungai Penuh No 2 Tahun 2016.
3. Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit Mayjen H. A Thalib.
4. Tindakan Razia yang dinilai tidak lagi menertibkan tetapi sudah meresahkan masyarakat dan tidak sesuai dengan PP No 80 tahun 2012.
5. Penertiban tempat hiburan.
Poin yang diurutkan 1 s/d 5 ini PR rutinitas Pemkot Sungai Penuh,harus digerakan pengawasannya. Sedangkan soal penegakan supremasi Hukum para pendemo minta antara lain;
- Usut Tuntas Permasalahan Sampah Kota Sungai Penuh yang meresahkan masyarakat (TPS3R dan TPA)
- Meminta Kejari untuk menyelesaikan kasus–kasus secara Konkrit dan Profesional.
- Usut tuntas Permasalahan Rumah Sakit A. BAKRI.
Bertolak pada 8 tuntutan itu, berarti Walikoat Ahmadi Zubier, ada catatan yang perlu disikapi secara objektif, demokratis dan transparan. Dan tetap mengedepan azas praduga tak bersalah.
Dan bagaimana kepemimpinan Kota Sungai Penuh kedepan?
Siapa walikota yang mampu menyelesaikan banyak PR (Pekerjaan Rumah) dan memajukan pembangunan Kota, meningkatkan Perekonomisn, Pendidikan, dan menciptakan peluang kerja bagi ribuan pengangguran, dan vondasi Agamis dan religious yang kuat ?
Sulit dicari jawabannya, karena semua bakal calon Walikota, tentu mempromosikan diri menjadi yang terbaik dan serba bisa, dua putra terbaik telah memimpin dan menggerakan roda pembangunan dan pemerintahan, hasilnya terkesan, “ bergerak-gerak, jalan ditempat jauh dari arti sejahtera yang sebenarnya?”
Dan yang menonjol dari catatan diperoleh dari lapangan, khususnya pembangunan fisik, “pemborongan/ pekerjaan kontraktor, yang menonjol Nepotisme, dibarisan keluarga, Tim sukses, koleha, teman baik dan sebagian oknum aparat penegak hukum, yang berada dan mengerjakan kegiatan proyek” dampak negative yang ditemukan, mutu pekerjaan rendah, (akibat dugaan pencurian fisik) dan perlu untung besar, bahkan ada pekerjaan yang mangkrak.”
Kasus-kasus seperti ini, walaupun sudah dilaporkan masyarakat keaparat penegak hukum, prosesnya banyak yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Karena ada saatnya, “hukum kalah dalam praktik Nepotisme, dan Kolusi, bermuara pada Korupsi dan merugikan keuangan Negara dan daerah?”. Posisi yang sangat dirugikan masyarakat pembayar pajak, karena sumber dana proyek itu dari pajak yang dipungut dari rakyat.
Munculnya beberapa nama yang bakal digadang-gadangkan bakal calon Walikota Sungai Penuh, 2024-2029, antara lain; Ahmadi Zubier (Petahana), Alvian Santoni (Antos), Fikar Aximi, putra sulung AJB, mantan walikota dua periode dan Kesri Amzi, mantan Sekda Kota Sungai Penuh.
Belum ada dari kaum perempuan (Ibu rumah tangga), padahal putri-putri terbaik Kota Sungai Penuh saat ini cukup banyak, berpendidikan tinggi, berilmu, dan cerdas serta memiliki pengalaman kerja diberbagai bidang, baik diperintahan maupun swasta.
Karena putra-putra terbaik, sudah dua periode atau 15 tahun memimpin Kota Sungai Penuh, pembangunannya telah “bergerak-gerak, tapi tak melaju jauh kedepan” karena kaum Adam (lelaki) sulit memegang amanah dan amanat dari rakyat Kota Sungai Penuh, sudah waktunya kaum Hawa (perempuan) tampil menggantikannya.
Dengan prinsip pembangunan Kota Sungai Penuh, harus maju dan berkembang sebagai pusat perdagangan (transaksi) Ekonomi/ perdagangan, atau Kota Pendidikan dan bisnis.
Dan pusat menggerakan pemerintahan, budaya, seni/ sastra dan hiburan, harus berjalan sebagaimana mestinya, “jangan vakum, bak kerkap tumbuh dibatu, hidup segan matipun tak mau?”
Iya hidup tapi “kerdil bak bongsai” tidak berkembang pesat mencapai target.
Dengan kata lain tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Sugai Penuh, sebagaimana dijanjikan saat bakal calon dan mencalonkan diri sebagai walikota seperti yang telah dilakukan, “Asyafri Jaya Bakri” mantan walikota Sungai Penuh dua periode. dan Ahmadi Zubier sekarang.
Dan kini, pembangunan Kota Sungai Penuh sudah berjalan, ia berputar bak pusaran air, namun akhir muara kemana belum diketahui?.
Artinya pembangunan Kota selama masa jabatannya, “dibawa kemana, arah majunya pembangunan belum terlihat, jelas sampai akhir tahun 2023 ini, sebagaimana ditulis banyak media?”
Dibulan Nopember 2023, muncul atau dimunculkan nama, Ir. Maya Novefri Handayani, ST, lebih dekat dihati dipanggil, “Maya” cukup satu kata, “Maya” nama dimunculkan sebuah mediaonline, “SKU SERGAP” edisi 6 Nopember 2023, dikutif sebagian dari isinya.
Menurut laporan SERGAP, Maya layak dicalonkan sebagai Walikota, bukan wakil. Alasan cukup jelas kemampuannya membangun, sebagai Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kerinci, banyak keberhasilannya, tulis Sergap.
“Keberhasilan Maya sebagai seorang perempuan yang dapat mengemban tugas, dan bertanggung jawab sebagai Kepala Dinas PUPR di Kabupaten Kerinci menunjukkan bahwa beliau memiliki kekuatan dan kecerdasan yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh banyak orang.”
Memang,……kita harus mendukung pendapat ini, ungkap salah seorang warga masyarakat, dari Sungai Penuh, memberikan tanggapan atas kecakapan Maya.
“Kemampuan Ibu Maya lebih cocok untuk posisi nomor satu. Kemampuan dan pengalaman beliau sebagai Kepala Dinas PUPR menunjukkan bahwa beliau lebih dari mampu,” kata sumber dengan nada optimis.
Beliau juga memaparkan bahwa terdapat bukti nyata dari perubahan yang telah dibawa oleh Maya selama menjabat, khususnya ketika beliau bertanggung jawab atas bidang perdagangan.
“Ketika Ibu Maya menjadi Kepala Bidang, infrastruktur pasar mengalami transformasi yang begitu signifikan.
Banyak pasar tradisional yang diubah menjadi pasar permanen.
Ini membuktikan bahwa Bupati Kerinci H Adirozal memiliki kepercayaan penuh pada kemampuan yang telah teruji dan terbukti dari Ibu Maya,” tutup Sumber. Dikutif kembali dari “SKU SERGAP”.
Untuk membangun keseimbangan, selain muncul nama Maya, seharus muncul, “Maya-maya lainnya” dalam Negara demokrasi perempuan seharusnya memiliki hak dan kesempatan setara dengan laki-laki, dalam memperebutkan jabatan politis.
Namun, sejauh ini penulis Opini ini, belum berhasil meminta keterangan dari “Maya” selaku warga kota, yang diharapkan warganya mencalonkan diri sebagai bakal calon orang nomor satu di Kota Sungai Penuh, bukan wakil seperti dilaporkan SKU SERGAP.
Kota Sungai Penuh, pembangunannya kedepan harus lebih maju dari sekarang, masyarakatnya butuh pemimpin/ walikota yang punya komitmen kuat, membangun kota.
Apakah Kota Sungai Penuh, beroreantasi pada Kota Pendidikan dan Santri, Kota Ekonomi Agrobisnis/ Perdagangan, apakah menjadi Kota pusat Kebudayaan di Propinsi Jambi, dengan kata lain walikotanya kedepan harus jelas arah pembangunannya, Sungai Penuh mau dibawa kemana, dan menjadi Kota Apa?
Karena sudah dua putra terbaiknya menjabat walikota, Asyafri Jaya Bakri dan Ahmadi Zubier (saat ini), keduanya belum menunjukan keberhasilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Sungai Penuh.
Tak ada salahnya dalam Negara sistem demokrasi, perempuan-perempuan hebat (ibu rumah tangga), tampil jadi pemimpin, dimana seorang ibu dikenal dengan “kasih sayangnya, tanpa batas, mencintai dan membesarkan generasinya, membangun Kota Sungai Penuh kedepan”
Ini baru satu Maya, jika perlu muncul “Maya-maya lainny” siap bersaing, menggantikan lelaki “jantan nan hebat katanya” tapi Sungai Penuh, butuh pembangunan yang mampu memberikan azasmanfaat, mensejahterakan warganya, sebagai tujuan akhir pembangunan untuk rakyat.
Bukan persoalan harus lelaki atau perempuan, memimpin Kota Sungai Penuh lima tahun kedepan, tapi kemampuan membangun secara faktual dan mensejahterakan.
Majulah, Kartini-kartiniku, bangunlah negeri ini, diatas tekad “kejujuran, kebenaran dan untuk kebaikan” mungkin dengan kerja keras, kasih sayang untuk semuanya, masyarakat dan pembangunan Kota Sungai Penuh, bangkit dari ketertinggalannya, jika dibandingkan dengan kota-kota di Propinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Riau.Bakal calon Walikota Sungai Penuh, perlu menanya diri, Kota Sungai Penuh, mau dibawa kemana. Dan bukan batas mampu memenangkan pertarungan di Pilwako dan Pilkada serentah akhir 2024, atau berubah pada bulan September, mendatang. (***).