spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

DAMPAK PERUSAKAN LINGKUNGAN & HUTAN SUNGAI PENUH-KERINCI DIHAJAR BANJIR

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Pj Bupati Kerinci dan Gubernur Jambi langsung memantau kondisi lapangan melihat kondisi infrastruktur jalan yang rusak akibat bencana alam. Dok/net

KERINCI, BEO.CO.ID – Hampir setiap hujan turun, apa lagi agak deras (lebat) Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, menimbulkan banjir. Tapi, banjir kali ini, bukan seperti biasanya, akibat hujan yang turun 29 Desember 2023 malam / dini hari berlanjut ke 30-31 Desember 2023 dini hari dampaknya banjir bandang (besar), memporak-porandakan Kerinci dan Kota Sungai Penuh, terparah terjadi daerah kabupatn Kerinci.

Gubernur Jambi Al Haris bersama Walikota Sungai Penuh memantau kondisi lapangan di wilayah Kota Sungai Penuh. Dok/Net

Jalan lokasi Lubuk Nagodang-Siulak Deras sekitar 2 km berada dekat dengan bibir (pinggir) Sungai Batang Meraoo, yang menampung akses banjir dari ratusan anak Sungai Kecil yang berada pada kiri dan kanan badan sungai utama mengalir kedalamnya, dari perbukitan Ladang dan kebun masyarakat, yang kondisinya sudah rapuh, tanahnya mudah longgar (amblas), kayu besarnya nyaris tidak ada lagi. Dan sudah tidak mampu  menampung (menyerap air) menyimpan air secara normal.

Ketika hujan deras turun untuk beberapa jam saja, (dengan curah hujan tinggi dan lebat), airnya mengalir cepat (deras) ke Sungai Utamanya Batang Meraoo, banjir bandangpun tak dapat terhindarkan dan melaju dalam kecepatan tinggi, menghanyutkan kayu dan longsoran apa saja yang ada disekitarnya.

Bawaan dari anak-anak sungai kecil yang jumlahnya ribuan disepanjang Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Topografi (posisi) Kerinci dataran rendahnya diapit perbukitan kiri dan kanan Kota dan Kabupaten sepanjang ratusan kilometer dari perbatasan Solok Selatan, tepatnya dari Desa Telum Berasap-ke Kecamatan Batang Merangin, sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Merangin Bangko, tepatnya di daerah Desa Berun.

Dok Foto/Video : Beo – Kota Sungai Penuh (Yelli/Wartawan Beo)

Dan pada bagian hulunya mulai dari Temiai sampai ke Kecamatan Gunung Kerinci, pada bagian dataran rendahnya sudah menjadi desa, daerah persawahan dan Kota Sungai Penuh.

Sementera perbukitan kiri dan kanannya sudah menjadi hutan belukar kecil, alias kritis karena tidak pernah lagi dihijaukan kembali. Yang terjadi penggundulan, akibat kegiatan ekonomi peladang (kebun) untuk kehidupan.

Dari Danau Kerinci, ke hulu Batang Meraoo dikaki Gunung Bungkuk (dimudik Desa Sungai Gelampeh) lebih kurang 90 km kiri-kanannya sudah jadi Ladang, dan sebagian belukar kecil dan lahan tidur, yang tidak pernah lagi dihijaukan (direklamasi), sehingga tidak ada pohon-pohon kayu besar yang bisa menyerap dan menyimpan air, tak heran saat hujan turun, aliran dari anak sungai kecil, mengalir langsung ke Batang Meraoo, yang dikonsumsi menjadi banjir bandang.

Kondisi krisis dan krisis ini sudah lama terjadi, yang semakin parah sejak 50 tahun terakhir, penebangan hutan, peladang berpindah-pindah, tinggalkan ladang lama karena tidak subur lagi, dibuka ladang dihutan lebat (rimbo raya), sejak tahun 1982 sudah ditetapkan oleh Pemerintah RI, sebagai Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Artinya tidak boleh lagi ditebangi dan menjadi Ladang (kebun), dengan alasan untuk menjaga “paru-paru dunia”

Asisten Setda Linda Martini dan Kepala PUPR Kerinci Maya Novebri Handayani di Posko Penanggulangan Bencal di Kantor Camat Air Hangat. Dok, kesbangpol.kerincikab.go.id.

Sedangkan mayoritas Suku Bangsa Kerinci, yang turun temurun sejak nenek moyang mereka adalah hidup dari hutan kehutan, berladang dan berkebun sebagai usaha untuk hidup dan menghidupi keluarga dan generasinya. Bercocok tanam, Kopi, Cassiavera (Kayu Manis), Sayur-sayuran, Kentang dan tanaman lainnya.

Menyelamatkan Dua Paru:

Pemerintah harus konsisten, untuk menyelamatkan dua paru-paru, “pertama paru-paru Perut ratusan ribu anak manusia, yang hidup didalamnya, kedua menyelamatkan Paru-paru dunia, katanya” keduanya harus diselamatkan.

Pj Bupati Kerinci tinjau lokasi banjir ke permukiman warga. Dok/Net

Maka konsekuensi penghijauan kembali secara besar-besaran, tentu butuh dana ratusan miliyaran rupiah, bahkan bisa mencapai trilyunan. Jika ini benar paru-paru dunia, maka duniapun harus siap membantu pendanaannya.

Ribuan petani Ladang (kebun) harus diselamatkan paru-paru perutnya, dan paru-paru dunia juga harus diselamatkan, demi kelangsungan hidup kita semua.

Banjir bandang kali ini, yang memporakporandakan jalan Longsor, bukit hancur (turun) akibat tergerus derasnya air turun dari pergunungan yang sebagian besar luas daerahnya sudah gundul (kritis dan krisis), nyaris tidak ada lagi penghijauan, setelah era Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY), yang memprogramkan penanaman berjuta pohon.

BACA JUGA :  Wujudkan Ide Cemerlang, Kades Suko Pangkat Sediakan 1 Unit Ambulance

Beberapa titik longsor dilintas jalan Nasional Lubuk Nagodang, Kerinci – Sumbar. Dok

Banjir kali ini, khususnya Kerinci, sempat melumpuhkan total transportasi di Kerinci Hulu (Mudik) di Kecamatan Gunung Kerinci, tertutupnya jalan Kabupaten di Desa Siulak Tenang-menuju desa Sungai Batu Gantih, tertimbun Longsor sepanjang 50 meter dari ketinggian bukit lebih kurang 150 meter (31/12/2023) baru bisa diselesaikan pengangkatan tanahnya, 3 Januari 2024, (Rabu).

Dan Longsor-longsor kecilnya terdapat diribuan titik disepanjang bumi “Sakti Alam Kerinci” arah kehulu terdapat longsor dan banjir dari perbukitan dibelakang Dusun Baru Desa Sungai Batu Gantih, banjirnya/ longsor menghantam 23 buah rumah masyarakat Dusun Baru. Dan telah di laporkan resmi oleh Kepala Desa Sungai Batu Gantih, Suardesi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci.

Longsor yang dihantam akibat banjir itu, juga terjadi di 11 desa di Mudik Kecamatan Gunung Kerinci mulai dari Siulak Deras, Siulak Deras Mudik, Ujung Ladang, Siulak Tenang, Sungai Batu Gantih Hilir, Sungai Batu Gantih, Dusun Baru, Simpang Tutup.

Di Simpang Tutup, halaman Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), halamannya turun dan amblas sepanjang lebih kurang 15 meter. Dan longsor-longsor kecil lainnya sampai kehulu daerah Tanjung Genting, Tanjung Genting Mudik dan  Sungai Gelampeh.

Jika usai banjir ini tidak disikapi oleh pemerintah, kabupaten/ kota, propinsi dan pusat, TNKS Kerinci akan menjadi pusat masalah, yang terus menerus saat musim hujan turun.

Kerusakan selain akibat hujan turun terus menerus (lebat), dan Ladang berpindah-pindah dalam TNKS, terdiri dari Propinsi Jambi, sebagai pusat TNKS Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh. Dan meliputi Prop. Bengkulu, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Perlu menjadi perhatian khusus pemerintah pusat (RI). Apa dan bagaimana kedepannya, untuk menyelamatkan dua paru-paru.

Sebagaimana dijelaskan diatas tadi, “paru-paru perut rakyat dan paru-paru dunia” kalau pemerintah sekedar melarang saja, tanpa solusi (jalan keluarnya) untuk penyelamatan “paru-paru rakyat” ini juga akan menimbulkan masalah baru, krisis ekonomi didaerah Kerinci dan Kota Sungai Penuh, bisa terjadi.

Ini baru sebagian dari banjir bandang yang terjad di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, Jambi.

Ini baru berlangsung empat hari, bagaimana jika terjadi sebaliknya hujan turun sampai berminggu, tidak tertutup kemungkinan dataran rendah Kerinci akan menjadi Danau besar.

Banjir kali ini, di Kota Sugai Penuh berdasarkan laporan Wartawati Yelli Naiti, areal Jembatan Layang terendam air ketinggian airnya lebih kurang satu meter.

Yang terkena tepatnya Jembatan Layang di Desa Lawamg Agung dan Kelurahan Pondok Tinggi, Kecamatan Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh, dua Desa yang habis terendam Air Ketinggian diatas jembatan Layang Lebih Kurang Satu Meter.

Jumlah Rumah warga yang kena dampak banjir, dari dua Desa tersebut, Lebih kurang, 12 buah rumah dan 18 kepala keluarga, mereka terpaksa mengungsi kerumah-rumah keluarga dan sahabat didalam kota yang tidak kena banjir, dan sebagian menenpati tenda yang disiapkan Pemkot Sungai Penuh, selama dua hari.

Dan bantuan yang baru diberikan Pemkot Sungai Penuh, berupa Supermi dan Mee Instan, serta bantuan beras 15 tekong (Canting) dalam per-kk.

Mereka juga dibantu Nasi bungkus satu bungkus per-orang, walaupun sudah pukul 15 (jam 3 sore) guna mengganjal perut keroncongan. Ini upaya keras dari Walikota Sungai Penuh, Ahmadi Zubier, kata warga kepada awak media ini.

Pejabat (PJ) Bupati Kerinci Asraf, SPt. MSI, telah turun kelapangan melihat dengan kasat mata, kondisi riil yang terjadi dampak dari banjir bandang itu, yang diderita masyarakat Kerinci.

Desa yang ditinjau antara lain Mukai Seberang, Kecamatan Siulak Mukai, didaerah ini Sawah rakyat datar dengan tanah dihantam banjir.

BACA JUGA :  Dihajar Bencana Kecamatan Gunung Kerinci, Kadis PUPR & Kapolres Turun Lapangan Evakuasi Material Longsor

Kondisi lainnya, juga terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Air Hangat, rumah-rumah warga terendan banjir dengan ketinggian lebih satu meter.

Sedangkan di Desa Koto Lebu Tinggi dua rumah warga hanyut dan dua rusak berat, hal ini dilaporkan warga, Sandra Boy Chaniago kepada awak media ini.

Menurut PJ Bupati Kerinci, Asraf, tercatat sepuluh tahun terakhir banjir kali ini yang terbesar dan dampaknya terparah, dalam satu dekade ini. Selain akibat hujan, juga tidak tertutup akibat penebangan hutan secara liar, jelasnya.

Asraf, menghimbau bagi warga yang tinggal di sekitar atau dipinggir sungai agar lebih berhati-hati, bila hujan turun lagi. Dan yang dikhawatirkan kalau terjadi banjir dadakan, jelasnya.

Penambang Nakal: Penyebab banjir dan longsor selain, hujan turun lebat (deras), patut diduga dampak dari para penambang yang tidak memperhatikan lingkungan yang sudah dikeruknya bertahun-tahun, seperti Tambang Pasir “Arwiyanto” dilokasi Sungai Cumbadak, Desa Siulak Deras Mudik,Kecamatan Gunung Kerinci.

Usahanya yang mengatasnakan CV. Vilar Usaha, dengan Direktur Putra Afriremon. Dugaan pelanggaran terhadap undang-undang tentang lingkungan hidup, tidak dibuatnya 3 kolam endapan penyaring (pemurnian lembah), maka seluruh limbah dari bekas pengerukan pasir di Sungai Cumbadak menjadikan air Sungai Batang Meraoo kuning pekat dan sudah tak layak untuk mencuci pakian.

Namun Arwiyanto, sebagai pemilik modal (juga penambang), tidak satupun aparat berani menegurnya. Apakah karena iya anggota DPRD Kerinci 2019-2024, yang juga punya hak pengawasan diatas bumi Kerinci, selaku wakil rakyat. Karena dipilih rakyat pada pemilu legislative sebelumnya.

Kejadian yang hampir serupa tapi tidak sama juga dilakukan PT. KRP (Kuari Reziki Prima, dengan Komisarisnya Rizal Katni akrab dipanggil “Pak Torik” juga melakukan hal yang sama, melakukan penambangan di Sungai Tuak, Kelurahan Siulak Deras.

Dan Tambang Pasir “Pak Torik” telah merusak Irigasi Desa (Irigasi Pertanian) Siulak Deras, dan menghancurkan lebih kurang 20 ha Sawah masyarakat, sudah lima tahun terkubur tanpa panen, namun sama sekali tak tersentuh aparat berwenang, apa solusi terbaik.

Diluar banjir, hari-hari biasa dua usaha tambang Pasir ini, hasil dari limbah pengerukan yang dilakukannya berhasil mengubah warna air Sungai Batang Meraoo, menjadi kuning pekat.

Dan perusakan lingkungan pada lokasi masing-masing dan tidak pernah direklamasi (dihijaukan kembali), dua tambang Pasir ini, jelas dan terang merusak lingkungan tanpa ada sanksi dari pemerintah.

Dan belum lagi tambang-tambang Pasir liar disejumlah lokasi di 8 kecamatan di Kerinci Hilir, dan 6 kecamatan di Kerinci Hulu (mudik).

Ditambah lagi penebangan hutan secara liar didaerah Gunung Labu, diduga masuk dalam wilayah TNKS, dengan melibatkan oknum Polisi. Jadi lengkap sudah (kompleksitas) yang terjadi di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Dari data dihimpun BEO.co.id sejak tujuh tahun terakhir, dugaan penyebab banjir pertama dari turunnya hujan deras (lebat), kedua adanya oknum melakukan penebangan liar dari tahun ke tahun, di TNKS. Pemilik Tambang Batuan (Galian-C) tidak patuh dengan ketentuan perundang-undangan berlaku, karena kedua tambang ini, tak jauh dari Kantor Camat, dan Kantor Polsek Gunung Kerinci, dan kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kerinci, yang berwenang melakukan pemantauan.

Dan dua dinas tidak ada lagi di Kabupaten Kerinci yakni, Dinas Pertambangan kini bernama Dinas ESDM dan Dinas Kehutanan, keduanya hanya ada di Propinsi Jambi. Dampak yang ditimbulkan tidak berjalannya pengawasan dari tingkat Propinsi Jambi, yang diberi wewenang oleh Pemerintah Pusat.

Dampaknya  pengawasan sangat melemah, dan pihak penambang bisa bebas melakukan apa yang dia mau, karena pihak Kabupaten tidak berwenang lagi melakukan pengawasan secara langsung dan teknis.

Jika masa depan lingkungan dan kejahatan penebangan liar, tambang liar, tambang Nakal, tidak tertutup kemungkinan Kerinci akan hancur berantakan, akan lebih parah kejadiannya dari sekarang.

Kerinci tidak akan pernah aman dari ancaman banjir, dan bencana besar, “hanya menunggu waktu?” (***/yn/Tim).

Penulis/ Editor : Gafar Uyub Depati Intan.

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org