spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

KERINCI TIDAK MAMPU : FADLI, JALAN SUNGAI KUNING DIPERJUANGKAN LEWAT APBD PROPINSI

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Masalah Jalan Sungai Kuning-Pasir Jaya, Renah Pemetik, Kecamatan Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi sepanjang lebih kurang 12 km, babak beluar dan hancur, bak kubangan Kerbau sudah menahun lamanya, tak mampu diperjuangkan Bupati / Wakil Bupati dan 30 orang anggota DPRD Kerinci, akhirnya diperjuangkan oleh Dr. Fadli Sudria, SE.M HUM anggota DPRD Propinsi Jambi asal Daerah Pemilihan Kerinci-Sungai Penuh dari Partai Amanat Nasional (PAN), dalam rapat pembahasan anggaran tambahan APBD Jambi untuk tahun anggaran 2023 di Jambi.


Fadli Sudria, yang dihubungi Via Whatsappwebnya, menjawab pertanyaan menjelaskan, untuk jalan ditiga Desa Sungai Kuning-Pasir Jaya dan Renah Pemetik diperjuangkan dari rapat awal Badan Anggaran (Banggar), saya bekerja ekstra keras meminta pada Ketua Dewan, minta dukungan para anggota dan langsung ke Dinas PUPR Jambi khusus untuk timbunan jalan tiga desa tersebut sudah masuk DIPA 2023, insyaallah katanya kepada redaksi media ini, Minggu (4/12/2022), sekitar pukul 22.00 WIB.


Dan penambahan dana untuk Kerinci dan Kota Sungai Penuh, diajukan tambahan Rp.10 miliar, guna mendukung sarana perkantoran untuk Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Khusus Kabupaten Kerinci yang kondisinya butuh bantuan, karena ketidak mampuan APBD Kabupaten Kerinci, jelasnya.

Namun, untuk pembangunan kantor Dinas Pemdakab Kerinci sempat dipertanyaan pihak Dinas PUPR Propinsi Jambi, karena usulannya belum masuk, alasan PUPR Jambi. Namun, Fadli, dengan suara lantang tetap menyuarakan, sejak awal rapat dinyatakan ditambah. Dan saya minta lanjut Fadli, dalam sidang tersebut dua daerah ini Kerinci – Sungai Penuh harus dibantu, tegasnya.


Dan lebih khusus Sungai Kuning-Pasir Jaya dan Renah Pemetik yang penghasilannya luar biasa, sepeti Cassiavera (Kulit Manis)/ Kayu Manis, Kopi, Kentang dan lainnya harus diutamakan, mengingat tingkat kesulitan masyarakatnya sangat tinggi tegasnya.


Orang mati saja susah, apa lagi orang hidup. Mati dan sakit terpaksa digotong 12 km jalan kaki, bayangkan untuk masuk dan keluar bisa memakan waktu sampai empat jam, berarti sangat sulit.
Dengan penimbunan untuk tiga desa, dan bisa masuk mobil double Gardan itu sudah sangat baik, jikalau belum bisa Sedan dan mobil lainnya, papar Fadli.


Akibat kondisi jalannya ‘’hancur total’’ penting dilakukan penimbunan, kendati tidak menyelesaikan masalah minimal mengobati luka lama hati masyarakat.


Dan untuk menimbun jalan ditiga desa itu, cukup dengan dana Rp2. 000.000.000,- (dua miliar rupiah) ujarnya. Dan pembangunan Jembatan Kelok Sago, dianggarkan Rp25 miliar, jelasnya.


Dan untuk fase 2024 mendatang, pemerintah Kabupaten Kerinci harus mengusulkan untuk membuka Jalan Evakuasi Renah Pemetik ke Tanah Tumbuh Kabupaten Muara Bungo, jika kabupaten tidak mengusulkan propinsi mau berbuat apa, tegas Fadli.


Dan mengenai perizininan itu di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LH) di Jakarta, ya harus diperjuangkan kepengurusan nantinya. Ini tanggungjawab bersama Pemdakab Kerinci dengan Propinsi Jambi, tegasnya.


Dari data Bappeda Kerinci dan keterangan dihimpun Tim Catatan yang terabaikan, rencana jalan tembus dari Renah Pemetik ke Tanah Tumbuh, Muara Tebo sudah lama didata dan direncanakan vital sebagai jalan Evakuasi jika terjadi bencana Gunung Kerinci, yang merupakan Gunung tertinggi dan terbesar di Sumatera, 3.808 dari permukaan laut.


Dan Gunung Kerinci termasuk dalam bagian gunung ber-api dan membahayakan, jika terjadi ledakkan dahsyat. Maka persiapan dini memang harus dilakukan.


Karena bencana tidak bisa dihitung kapan datangnya, itu kodrat ilah (tuhan) bukan manusia. Manusia hanya batas membuat perkiraan cuaca, bukan kepastian terjadinya peristiwa.


Untuk memperjuangkannya, pihak-pihak terkait melalui dinas masing-masing dan bupati harus bekerja ekstra keras, siapapun bupati Kerinci kedepannya.


Ini memerlukan data yang akurat, alasan yang jelas, sumber dana dan tanggungjawab, serta membangun kerjasama yang kuat dengan antar kabupaten/ kota, propinsi, Kementerian terkait dan lingkungan hidup. Jelas Fadli, pada bagian lain keterangannya.


Untuk menangani masalah kepentingan masyarakat yang ruwet (rumit) butuh dana besar, Kerinci harus punya pemimpin yang ‘’jujur, kuat, siap berkorban dan memahami karakter masyarakat Kerinci.


Dan Kerinci dengan topografinya pegunungan dan dataran/ dataran rendah sebagian, cuaca sejuk, tanahnya subur, masalahnya komplek, butuh pemimpin/ bupati yang sanggup bekerja dan berfikir ekstra keras, tidak bisa dengan membangun pencitraan’’ Mengekspose di media tertentu, Kerinci indah, Kerinci Jaya, Kerinci berkeadilan, masyarakat butuh bukti secara fisik, bukan janji-janji politik bak kampanye.


Bayangkan, untuk mengatasi masalah jalan 9km Sungai Kuning-Pasir Jaya ditambah Renah Pemetik sekitar 12 km untuk mencari dana, ‘’Rp3 m’’ saja untuk melakukan timbunan, sudah menahun lamanya tidak terselesaikan.


Bayangkan 5 tahun ditangan Bupati Kerinci, H. Murasman (2009-2014) dan 2014-2019 ditangan Bupati H Adirozal dan 2019-2024 kembali ketangan Bupati Adirozal, (dua periode) sekarang sudah berjalan hamper Sembilan tahun lebih kurang daerah penghasil Kulit manis, Kopi dan Kentang itu, terpuruk ditengah jalan yang hancur.


Untuk membantu Pemdakab Kerinci mengatasi masalah yang mendesak, bagi kepentingan masyarakat Kerinci tidak saja masalah jalan tersebut, sejumlah link-link lainnya harus di atasi kerusakkannya yang semakin parah, di Kerinci Hulu 6 kecamatan, tengah empat (4) kecamatan dan hilir enam (6) kecamatan, perlu dibangun keseimbangannya.


DR H Adirozal, MSi, dua periode memegang tampuk pimpinan selaku Bupati Kabupaten Kerinci, sudah berusaha berbuat banyak, namun kemampuan dana daerah dan SDM serta kepemimpinannya, belum sepenuhnya mampu menyelesaikan masalah, termasuk untuk menyelesaikan infrastruktur jalan, jembatan dan perkantoran.


Kita, (masyarakat) Kerinci tak perlu terlalu kecewa, karena yang memilihnya secara mayoritas masyarakat Kerinci. Karena perjuangan KLB, 2014-2019 dan KLB Berkeadilan, 2019-2024 sebagian besar sudah dilaksanakan sampai tahun ke 8 dan memasuki tahun ke 9, dan hasilnya masyarakat Kerinci yang lebih tahu dan merasakannya.
Solusinya, ‘’suka tidak suka, mari kita syukuri apa yang telah dicapai, yang maha tahu bukan manusia melain ilah (tuhan). (Tim / CYT/ ***)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

Tabut Bengkulu (Dokumentasi Yopoyo)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org