Laporan : Iskandar Jurnalist BEO.co.id
KEPAHIANG, BEO.CO.ID – Gafar Uyub Depati Intan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Wartawan Reformasi Indonesia (DPD-KWRI) Propinsi Bengkulu, Selasa, 1 Agustus 2023 mengechek Tembok Stadion Sepak Bola Padang Lekat, Kepahiang Prop. Bengkulu, roboh sepanjang +_ 125 meter saat Hellicopter mendarat pertengahan Juli 2023 lalu.
Menurut Gafar Uyub Depati Intan, akrab disapa Bang Ayub ini mengatakan, ‘’kenapa harus dichek langsung kelokasi tembok Stadion yang roboh itu, soalnya sudah banyak dimuat media lainnya, namun tidak memuat secara rinci kondisi riil dilapangan, perusahaan apa yang mengerjakannya, anggaran tahun berapa dan nilainya berapa?’’
Dikatakan Bang Ayub, ternyata tembok Stdaion yang roboh itu, menurut para saksi mata dilapangan tembok itu roboh bersamaan saat Helli kepresiden melakukan chek keadaan dalam perjalanan kunjungan presiden ke Propinsi Bengkulu, termasuk kabupaten Kepahiang jelasnya.
Tembok yang semula Nampak kokoh itu, kata warga setempat ternyata rapuh, saat helli mendarat tiba-tiba tembok roboh, kena angin dari putaran kecepatan baling-baling helli.
Dan temuan kita dilapangan bersama tim Wartawan dari Kota Curup, besi yang digunakan sebagai penguat dan penahan bangunan tembok beton itu, diperkirakan besinya berukuran kurang lebih 4mm, ‘’sangat kecil’’ tak mungkin mampu menahan beban yang berat, ujarnya.
Dan dugaan galian (kedalaman vondasi), sebagai penyangga beban diatasnya tidak imbang dan tidakj tahan menahan getaran dari anggin. Bayangkan kata Bang Ayub, betapa rapuh bangunan Tembok Stadion, yang menjadi kebanggaan bagi penggemar sepak bola di Kepahiang, paparnya.
Dijelaskan Bang Ayub, saya sebagai mantan Pemain Sepakbola Devisi 1 PSSI dari Perserikatan Sepak Bola Indonesia Rejanng Lebong, era tahun 80-an, sangat menyayangkan robohnya Tembok Stadion Padang Lekat, hanya baru batas kena angin, bukan gempa bumi skala besar, kasus seperti ini mungkin pertama di Propinsi Bengkulu.
Ini bak istilah ‘’nasi telah menjadi bubur’’ mau dibuat apa lagi. Dan kedepannya pembangunan Stadion Sepak Bola, konstruksinya harus betul-betul menjadi skala prioritas dalam pembangunannya.
Pembangunan untuk pekerjaan tembok (dinding) pengaman lapangan keliling, mulai dari galian Vondasinya yang harus cukup, minimal kedalamannya 50 cm, plasterannya satu berbanding (1 : 1 ), satuan Semen-Pasir bangunan naik minimal satu berbanding empat, (1 : 4), dan besi sebagai tulang bangunan harus standar KS terpenuhinya SNI (Standar Nasional Indonesia), minimal ukuran besi, 8,10 s/d 12 cm, kata mantan Karyawan PU Rejang Lebong, ini perihatin.
Ditegaskan bang Ayub, tembok (dinding) pengaman Stadion harus kokoh karena akan digunakan oleh ratusan bahkan ribuan penonton, pada saat pertandingan besar tertentu, dan untuk jangka panjang jelasnya.
Kejadian seperti ini, harus menjadi pembelajaran bagi kita semua, jangan sampai bangunan strategis dibangun asal jadi, ini bisa membahayakan kepentingan umum jelasnya.
Dengan kejadian tersebut Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, harus mengambil langkah (solusi) untuk membangun kembali Stadion Kepahiang, dan dinas terkait Dispora Propinsi, segera mencari langkah yang terbaik penyelematan bangunan kedepannya.
Saya tahu betul lanjut BangAyub, Kabupaten Kepahiang memiliki kader (bakat) persepakbolaan yang handal dan ketika kejayaan Persirel Rejang Lebong di Devisi 1 PSSI, ada lima pemaian asal Kepahiang, dan jangan sampai diabaikan untuk kedepannya, tandas Pempred media BEO.co.id, ini berharap.
Dan kondisi riil fisik Stadion Padang Lekat Kepahiang saat ini, selain Temboknya roboh +_ 125 meter, WC dan lampu tidak berfungsi, lapangannya tidak terawatt. Kini kondisi rumput kiri dan kana nada yang mencapai ketinggian 40 cm dan dalam lapangan rata-rata +- 15 cm dan tidak layak sebagai Stadion sepak bola.
Karena sepak bola, adalah salah satu cabang olah raga yang paling banyak penggemarnya, sudah seharusnya Pemdaprop dan Kepahiang berbenah diri kedepannya, harapnya. (BEO.co.id / Sbong Keme).