Kita insan Pers yunior, maaf yang baru kemaren sore memegang Pena dan menjalankan dunia Jurnalist, wajib bersyukur kepada tuhan yang maha kuasa, (maha segalanya), kita (bangsa) Indonesia ini pernah memiliki pejuang Pers, penegak demokrasi Indonesia yang cinta kebenaran dan keadilan. Prestasi dan dedikasinya harus menjadi contoh bagi kebaikkan mengutamakan kepentingan umum, bangsa dan Negara.
Dan kita juga penting mengingatkan kembali perjuangan insan Pers Indonesia jauh, (sebagai toladan) jauh sebelum Indonesia merdeka ditengah tekanan pemerintahan Hindia Belanda yang menyakitkan bangsa ini, Pers lahir melakukan perlawanan yang hebat, memperjuangkan hak-hak setiap insane (manusia) di bumi Indonesia tercinta ini.
Misal kelahiran Media berbahasa Melayu (bahasa Indonesia) pertama, Mingguan “Prijaji.” Sebelum menerbitkan “Medan Prijaji”, Januari 1904 Tirto Adhi Soerjo bersama H.M. Arsad dan Oesman mendirikan dulu badan hukum N.V. Javaansche Boekhandel en Drukkerij en handel in schrijfbehoeften.
“Medan Prijaji” beralamat di Djalan Naripan, Bandung, yaitu di Gedung Kebudayaan (sekarang Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan-YPK). Penulis memandang perlu mengangakat kisah ini, sebagai Pers Reformasi Indonesia, yang ada dan berjuang di era berbeda. Tirto Adhi Soerjo, yang panggil “Mas Tirto” bersama teman-temannya menerbitkan “Prijaji”
Terbit perdana, 7 Januari 1907 s/d 1912, Selama lima tahun. Tirto Adhi Surjo, Arsad dan Oesman mereka melawan penjajahan asing (Belanda) lewat pembelaan hukum dan media cetak, menyampaikan kondisi riil penderitaan masyarakat pribumi, saat itu.
Tirto Adhi Soerjo, sempat dikenakan delik pers, dan akhirnya diasingkan ke Lampung lalu dibuang ke Maluku Utara.
Suara koran ini menjadi kritik pedas bagi pemerintah kolonial dan alamat pengaduan bagi setiap pribumi yang diperlakukan tidak adil oleh kekuasaan.
Oleh karena itu diperlukan usaha mandiri mencetaknya. Maka dengan pengetahuan dan pengalaman niaganya, diwajibkan bagi calon pelanggan untuk terlebih dahulu membayar uang muka berlangganan selama satu kuartal, setengah, atau satu tahun, yang saat ini kita kenal dengan sebutan saham.
Dilobinya beberapa pangrehpraja yang tertarik dengan gagasannya. Jadilah dua orang penyumbang dana besar, yakni Bupati Cianjur RAA Prawiradiredja dan Sultan Bacan Oesman Sjah. Masing-masing menyumbang f 1.000 dan f 500.
Edisi perdana f 1.000