KERINCI, BEO.CO.ID – Pasca banjir dan longsor, akibat curah hujan tinggi di Kabupaten Kerinci & Kota Sungai Penuh Jambi, dikepung banjir (31/12 /2023, memasuki tahun baru 1-2 Januari 2024, sampai 28/1/2024) pasang surutnya curah hujan masih berlanjut, menimbulkan dampak yang luar biasa. Puncaknya terjadi (31/ 12/ 2023 dan 1, 2 Januari 2024), Kerinci dan Kota Sungai Penuh bak danau.
Dari data dihimpun BEO.co.id, banjir kali ini tercatat terparah sepanjang sejarah dua puluh tahun (dua dekade), dampak hujan deras terjadi banjir bandang (ganas) meluapnya Sungai Batang Meraoo, salah satu induk sungai di Kerinci, yang menampung buangan air dari ribuan anak sungai yang mengalir kedalamnya.
Mulai dari Hulunya di Gunung Bungkuk mudik (hulu) atas Desa Sungai Gelampeh, Kecamatan Gunung Kerinci, memanjang ke Danau Kerinci lebih kurang 90 km, kondisinya sudah banyak yang rusak, dan ekosistemnya tidak berfungsi normal lagi.
Dan kondisi alam Kerinci, bagian yang tak terpisahkan dari Tanaman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) sejak tahun 1982. Sebagian besar kondisi hutannya sudah dirambah dengan penebangan liar seperti di Danau Belibis bagian belakang, sudah gundul menjadi ladang masyarakat yang melibatkan sejumlah oknum aparat membeli/ menggarap tanah (jadi Ladang), Kopi, Casivera (Kayu Manis) = Kulit Manis dalam bahasa Kerinci.
Daerah itu adalah pusat sejumlah hulu sungai yang bermuara ke Batang Meraoo Kerinci.
Dan Gunung Kerinci, tertinggi di Sumatera dengan ketinggian 3. 805 meter (mdpl/meter diatas permukaan laut), dikaki gunungnya hutan sudah ditebangi dan dijadikan Ladang (Kebun), terutama di Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro Barat Kayu Aro, Gunung Kerinci, Siulak dan Siulak Mukai.
Sebagian hutannya pada titik tertentu (kawasan perladangan), hutannya berubah fungsi untuk Ladang (Kebun), Penambangan Pasir, bangunan pribadi Vila oknum pejabat Kerinci.
Dampak hujan mengguyur Kerinci sejak akhir Desember 2023, dan memasuki tahun 2024, (1-2 Januari 2024) banjir melanda Kerinci. Dampak krisis ditimbulkan banjir dan longsor dimana-mana. Hutan dan lingkungan yang sudah rusak tidak mampu lagi menyerap air dengan baik.
Kondisi tanahnya longgar, dan sebagian yang dekat sungai dan anak sungai sudah sangat mudah abrasi, begitu hujan deras turun akan terjadi longsor dan amblas, karena ekosistem diwilayahnya sudah kritis.
Banjir kali ini memporak-porandakan Kerinci, rumah hanyut, jembatan patah jebol jalan Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota amblas dan menelan korban jiwa satu meninggal dunia.
Banjir bandang yang besar itu, selain memporak porandakan harta benda masyarakat, juga menimbulkan dampak jangka panjang terjadi pendangkalan Sungai Batang Meraoo, salah satu sungai terpanjang di Kabupaten Kerinci, yang melewati puluhan kecamatan dan ratusan desa bagi masyarakat yang tinggal dekat disepanjang sungai Batang Meraoo itu.
Dampak banjir kali ini, akibat dari material batu, kerikit, pasir dan tanah yang dihasilkan dari para Penambang Pasir, baik yang punya Izin maupun liar dan longsor disepanjang Sungai Meraoo dan anak sungai kecil lainnya.
Akibat banjir, longsor dan Penambangan yang menghanyutkan material ke Sungai Batang Meraoo, terjadi pendangkalan hebat (berat), yang menghasilkan endapan ribuan meter kubik material, bahkan bisa jutaan m3 (meter kubik) di Sungai Batang Meraoo, wilayah Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Jambi, terjadi penumpukan material, Batu, Koral dan Pasir yang dibawa banjir, dari bekas Penambangan Pasir, Longsor dan kerusakan Lingkungan, yang dibiarkan selama ini.
Dampak dari penumpukan material dari banjir tersebut, mengancam Daerah Irigasi (D.I.) Siulak Deras (Batang Meraoo) merupakan Irigasi Tehnis, yang di kelola BWSS VI (Balai Wilayah Sungai Sumatera VI) Propinsi Jambi, artinya tanggungjawab Balai Wilayah Sungai Sumatera VI-Jambi.
Secara topografis berada dalam daerah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, BWSS VI, untuk menopang Perekonomian masyarakat Kerinci dan Kota, dari sector produksi Padi sebagai kebutuhan utama masyarakat Kerinci, makan dari beras, untuk memenuhi Pangan daerah, diluar Kedelai dan Jagung. Fungsi D.I. Sungai Siulak Deras Kerinci, sangat strategis pendukung ekonomi Kerinci dibidang Pangan, maka keberlanjutan keselamatan dan azas manfaatnya harus dijaga bersama.
Jika pendangkalan Sungai Batang Meraoo dari Siulak Deras ke Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak tidak segera di tangani pembuangan Material akibat pendangkalan dari banjir, longsor dan endapan material dari Penambangan Pasir Liar dan punya izin, akan mengancam 58.000, hektar Sawah Produktif se- Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh yang dilewati dan dialirkan dari Daerah Irigasi (D.I.) Batang Meraoo Siulak Deras itu.
Terancam Gagal Panen: Kepala Desa Lubuk Nagodang Siulak, Mukhtar Gani, yang ditemui Marhaen dari Mediaonline BEO.CO.ID, (30 / 1/ 2024) Selasa mengatakan kondisi yang sangat parah mengancam 58.000, ha lahan pertanian, karena “Cek Dam di Desa Lubuk Nagodang, setelah Pasca Banjir dan Longsor beberapa minggu lalu, terjadi penumpukan Material Batu, Koral dan Pasir, akibatnya terjadi pendangkalan berat di Sungai Batang Meraoo, dan Daerah Irigasi Tehnis BWSS VI Jambi, sudah tidak berfungsi secara normal, sampai saat ini.
Jika lamban (Lambat) di Normalisasi otomatis D.I. Sungai Siulak Deras (Batang Meraoo), D.I. Tehnis berskala Nasional itu, akan tidak berfungsi.
Dampaknya bisa terjadi kerugian besar baik pada nilai bangunan yang telah menghabiskan dana pembangunan dan pemeliharaannya triliyunan rupiah, sampai sekarang.
Dan kerugian lain ribuan masyarakat Petani Sawah di Kabupaten Kerinci, dari Siulak (Lubuk Nagodang) sampai ke Danau Kerinci D.I. Siulak Deras Kanan dan Kiri melewati kecamatan dan puluhan desa, bahkan bisa mencapai ratusan desa yang menggunakan air dari D.I. Siulak Deras (Meraoo) akan lumpuh total.
Dikatakan Mucktar Gani Pemerintah harus segara mengangkat material yang menumpuk pada bangunan “Cek Dam” atau bangunan Induk (B.1) D.I. Air Sungai Siulak Deras (Meraoo) yang digunakan itu.
Jika hujan turun lagi lanjut Mukhtar Gani, air meluap di atas permukaan badan jalan hingga menghancurkan penghubung link jalan Kerinci-Sumatera Barat dan Cek Dam Lubuk Nagodang, kata bahasa Muhktar Gani kian terancam dan bisa mati total, jelasnya.
Dan dampak yang ditimbulkan mengancam 58.000 hektar Sawah Petani Gagal panen dan terancam ratusan ribu jiwa kelaparan di Kerinci.
Jauh di terangkan Mucktar Gani harapan masyarakat segera di angkat material dari cek dam Lubuk Nagodang ( di Normalisasi) demi kelangsungan hidup masyarakat Kerinci yang bergantung secara ekonomi pada areal persawahan (bercocok tanam Padi Sawah), ujarnya.
Di akhir keterangan Mucktar Gani menambahkan material yang ada tidak bisa hanya di tumpukan pada Bibir (Tepi) Batang Merao saja, tapi perlu di angkat keluar dari daerah itu.
Dan saat hujan turun material dari Hulu air, akan terus hanyut dan menumpuk kembali disekitar “Cak Dam” Lubuk Nagodang, jelasnya.
Kami dari Pemerintahan Desa Lubuk Nagodang akan mengangkat secara swadaya, tidak akan bisa selesai dalam waktu yang pendek dan butuh juga peralatan untuk mempermudah pengangkatan tumpukan material paparnya.
Maka kita minta dukungan pada seluruh elemen masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Jambi bagaimana caranya mencegah bencana, yang akan berdampak lebih buruk lagi terhadap masyarakat Kerinci, jika terulang hujan lebat (deras) turun kembali, dan harus difikirkan solusi terbaik untuk jangka panjang kedepannya, harap Mukhtar Gani.
Dari pengamatan Wartawan BEO.co.id, keberadaan D.I. Air Siulak Deras (Meraoo) sangat strategis meningkatkan produksi Sawah Fungsional se Kabupaten Kerinci, khususnya yang menggunakan air daerah irigasi tersebut.
Untuk mengantisipasi tingginya tingkat kerusakannya, baik akibat banjir dan atau lainnya, dihimbau pada masyarakat Kerinci sebagai pengguna jasa (barang) yang sudah ada agar turut serta rasa memiliki dan memanfaatkan dengan benar serta mendukung pemeliharaannya.
Dan penggunaan anggaran pemeliharaan dari OP (Operasional dan Pemeliharaan) D.I. Tehnis Sungai Air Siulak Deras, dalam setahun anggaran menghabiskan dana milyaran rupiah, harus betul-betul mampu memberikan azas manfaat, dan tidak hanya batas mengucurkan anggaran OP.
Soalnya selama ini, banyak saluran penghantar, bangunan penguras (bangun terjun), Bangunan bagi (bb), suplyesi, Talng dan jalan Inspeksi tidak dirawat (pelihara) secara benar, sesuai petunjuk teknis penggunaan dana Operasional dan Pemeliharaan. Dan terkesan, hanya menjadi “bajakan oknum bermental korup” dana dikucurkan, pemeliharaan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
( ***/ M. Marhen/Azra ).
Penulis/ Editor & Penanggungjawab: Gafar Uyub Depati Intan.