spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

NOP PENGEMBALA KAMBING, SUKSES KULIAH MENGABDI UNTUK PENDIDIKAN

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Kepala Dinas Dikbud Rejang Lebong Noprianto. Dok Foto (WahanaNews.co/RakyatBengkulu)

Seperti anak anak yang lain, masa kecil dan remaja Noprianto dilalui dengan penuh keceriaan. Dan semangat bekerja membantu orang tuanya “mengembala Kambing” dari sana ia juga belajar hidup prihatin, mengerjakan tanggungjawabnya dengan sungguh-sungguh sebagai pengembala Kambing.

Sejak kelas 3 SD sampai kelas 1 SMP, sepulang sekolah dihabiskan dengan mencari rumput untuk pakan kambing peliharaannya.

Sore hari diisi dengan bermain bola voli atau sepak bola, dan bersenda gurau sambil mandi di sungai.

Sejak kelas 2 SMP, semua ternak terpaksa dijual karena sudah mulai sibuk dengan aktivitas Osis (Organisasi Sosial Sekolah) atau ekstrakurikuler di sekolah.

Noprianto, yang sering juga disapa dengan nama Pak YAYAN, merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara. Lahir dari pasangan guru SD, Syamsuri D dan Faridah Hs, di Rejang Lebong, 23 November 1968.

Perjalanan pendidikan,  sempat sekolah di SDN 10 Kesambe Baru hingga kelas 5, kelas 6 Noprianto pindah ke SD N 2 Centre Curup dan lulus tahun 1980.

Kemudian tamat di SMPN 1 Curup tahun 1983, dan SMN 2 Curup tahun 1986.

Menamatkan pendidikan sarjana di FKIP Universitas Bengkulu, prodi (Program Bidang Studi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pada tahun 1991.

Seperti anak anak yang lain, masa kecil dan remaja Noprianto dilalui dengan penuh keceriaan.

Sejak kelas 3 SD sampai kelas 1 SMP, sepulang sekolah dihabiskan dengan mencari rumput untuk pakan kambing peliharaan.

Sore hari diisi dengan bermain bola voli atau sepak bola, atau bersenda gurau sambil mandi di sungai. Sejak kelas 2 SMP, semua ternak terpaksa dijual karena sudah mulai sibuk dengan aktivitas Osis atau ekstrakurikuler di sekolah.

Secara akademik, Noprianto mengaku memang bukan siswa yang istimewa. Sejak SD sampai SMA, tidak pernah jadi juara kelas.

Prestasi terbaik hanya sampai juara 3 kelas. Sebagaimana siswa lainnya, waktu di luar sekolah digunakan menyalurkan hobi. Aktifitas di bidang seni, olahraga, dan organisasi.

Di SMPN 1 Curup, sempat aktif di pengurus Osis bidang Kesenian, ikut kegiatan kepramukaan, dan anggota paduan suara/ ensamble.

Di SMAN 2 Curup, juga ikut menjadi pengurus Osis bidang olahraga, petugas tetap upacara Bendera, dan anggota Pramuka Penegak.

Memasuki Fase pendidikan tinggi, di FKIP UNIB ditempuh Noprianto dengan nilai akademis yang pas-pasan, yang penting lulus setiap mata kuliah.

Hari-hari banyak digunakan untuk kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Pernah jadi Tim Voli Universitas dan anggota Tim Paduan Suara Universitas.

Di fakultas, sempat menjadi Wakil Ketua Senat Mahasiswa Fakultas juga. Karena prodi Bahasa dan Sastra, Noprianto juga aktif sebagai pengurus Sanggar SWAREKA dan mendalami kegiatan bersastra.

Termasuk juga terlibat dalam Komunitas/ Masyarakat Linguistik. Selama kuliah sering juga ikut kegiatan lomba nyanyi Keroncong, Lawak, Lari marathon, turnamen Bola Voli dan Basket.

Memang tidak pernah menang, karena niat utama untuk menambah pengalaman dan memperbanyak teman saja.

Selepas tamat kuliah, sempat mendaftar menjadi anggota TNI tetapi gagal.

Akhirnya, kembali ke jalan utama; menjadi guru. Alhamdulillah, tahun 1993 diangkat jadi Guru PNS di SMAN 1 Curup.

Ternyata, pengalaman organisasi, aktivitas di bidang kesenian dan olahraga banyak memberikan Kontribusi saat menjadi guru.

Banyak anak-anak yang berbakat kurang bisa berkembang karena keterbatasan pelatih.

Sejak jadi guru di SMAN 1 Curup, Noprianto, yang akrab disapa “Pak Yayan,” mulai tahun 1994 mengkatifkan Kelompok Ilmiah Remaja, Komunitas Jurnalistik dan Majalah sekolah, dan Teater yang dinamakan PETASS!!

Semenjak aktif sebagai pelatih (sering menggunakan istilah TEMAN BELAJAR) siswa di Kelompok Ekstrakurikuler inilah, Noprianto banyak belajar kembali tentang penulisan ilmiah, menulis kreatif, dan penulisan naskah-naskah untuk berlatih Teater.

Untuk menyemangati anak-anak yang dibimbing, guru muda Noprianto memberikan contoh dengan mengikuti berbagai lomba-lomba penulisan.

Baik yang bersifat ilmiah/ inovasi pembelajaran, maupun lomba penulisan Sastra berupa Cerpen dan Kriktik Sastra.  Lomba yang diikuti sebatas lomba antar guru tingkat nasional.

Sejak tahun 1998 sampai 2002 beberapa karya Noprianto berhasil menjadi Finalis tingkat nasional.

Prestasi terbaik baru sampai juara 3 lomba inovasi pembelajaran dan juara 4 lomba mengulas karya sastra.

Beberapa cerpen dan ulasan sastra yang sempat menjadi finalis:

1. Sukek

2. Matahari Jatuh di Pokok pokok Meranti

3. Malam itu Bulan Mandi dalam Hujan.

4. Orang orang tersesat dalam Novel “Belenggu”

5. Saat Perang Menjadi Supermarket dalam novel “Tuyet”.

Kesempatan menjadi finalis dalam lomba penulisan inilah yang membuka jalan Noprianto bertemu dan belajar dari penulis/ peneliti dan sastrawan nasional.

Secara berkala, biasanya dua kali dalam setahun, Nop, sengaja khususkan waktu ke Jakarta, bertemu pasa tokoh Nasional bisang Budaya, Sastra dan Hiburan” bertemu Ismail Marzuki, Chairul Umam (Sutradara), Sutarji Koulzum Bachri, WS Rendra (Sastrawan/ Budayawan Indonesia), antara tahun 1999 – 2001.

Dari para tokoh itulah saya banyak memperoleh tambahan Ilmu pengetahuan dibidang Sastra Indonesia, “Puisi, Sajak, Cerpen, Aktor di Film, Seni dan Hiburan” kata Noprianto kepada penulis “Opini” ini,  diruang kerjanya Dinas Dikbud Rejang Lebong, pekan lampau.

Dari pengamatan penulis Opini ini, Nopriato tak pernah henti menghimbau, kepada semua elemen masyarakat penyelenggara pendidikan di mulai dari orang tua dan wali murid, (dalam rumah), para Kepala Sekolah/ Majelis Guru dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Rejang Lebong, terus berjuang mengejar ketertingalan dan meningkatkan setiap SDM muris / siswa.

Dan meminta secara tulus (ikhlas) melakukan pengabdian untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada didaerah ini (generasi muda), kita sebagai calon pemimpin masa depan.

Tak bisa dipungkiri, “Ilmu adalah milik orang yang berfikir dan belajar tanpa batas, sampai akhir hayat dikandung badan” tebarkanlah ilmu dan kebaikan ditengah masyarakat, dengan harapan pembangunan Rejang Lebong maju ditangan orang yang berilmu, jujur, berani dan bertanggungjawab. Untuk kesejahteraan rakyat, bukan batas menjadi pemimpin ???

Penulis/ Editor : Gafar Uyub Depati Intan. Ketua DPD-KWRI Bengkulu, Pempred Mediaonline “BEO.co.id” Pengamat masalah Kemiskinan Pedesaan. ( + – ).

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

Tabut Bengkulu (Dokumentasi Yopoyo)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org