spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pendek & Raja Gunung, Bersembunyi Dibalik Cinta Terlarang…..

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Ilustrasi/net

Cerbung, Mhd Marhaen, USib –

‘’Pendek’’ 43 tahun dari Desa Pesisir Bukit, dikaki Gunung Tujuh, Kerinci, Jambi belakangan ini menghebohkan  warga Sipendek, memang sebuah nama, Ia seorang petani yang kuat, pekerja keras, tapi sedikit nakal, kalau menatap kaum hawa, bisa berdetak hati mengingat wajahnya. Ia, juga bukan Ganteng tapi tatapan matanya bak Kucing garung menatap buruannya, tajam memang.

Maka hati-hatilah dengan Si-Pendek, namanya memang ‘’Pendek’’ tapi tak sepeendek akalnya. Dengan kelebihannya, berbagai cara Ia mampu menghipnotis kaum hawa, yang disenanginya?.

Bahkan tidak hanya itu, Ia, juga pemegang rahasia Sang Raja Gunung Tujuh, (penguasa) negeri ber-embun itu.

Tak diduga sama sekali, keramahan dan kebaikan, Si-pendek, yang rajin bertani itu, juga rajin bertandang kerumah tetangganya, apa lagi ada hubungan sebagai ‘’sanak familly’’ (keluarga), memang tak ada yang curiga, jika ada niat dan tujuan lainnya?

Sabtu, (28/4/2023), Suhu udara dingin dikaki Gunung Tujuh memang terasa menusuk jauh dalam kalbu, cuacanya berkabut menyelimuti perkampungan warga di Kecamatan Gunung Tujuh Kerinci, entah setan mana yang menghampiri dan mengisi pikiran, ‘’SiPendek’’ Ia bertamu kerumah tetangganya, seperti biasa dilakukannya.

Mungkin sengaja atau tidak, ia Sipendek bertamu kerumah kediaman Fenanti, 30 tahun, juga mantan ratu Kampung didesanya, nun jauh di ujung sana. Cara kebiasaan Sipendek bertamu, tak dicurigai tetangga lainnya. Apa lagi rumah Fenanti, bertetangga langsung dengan rumah, Usman, Sang Raja Gunung Tujuh, (Penguasa negeri Ber-Embun) itu.

Fenanti, memang ada hubungan kekeluargaan dengan Sipendek, masyarakat sekitar beranggapan hal biasa, bertamu (bertandang) ketempat keluarga. Harap diketahui dan penting dicatat, Fenanti telah punya suami yang sah, bernama, ‘’Kayau Akau’’ 40 tahun, nama samaran, yang juga seorang petani yang ulet dan rajin.

Pagi itu, Sipendek, menyambangi rumah Fenanti. Dan diterima dengan baik dan ramah. Dari bertamu kali inilah, mulai terungkap, ‘’Cinta terlarang yang sudah berjalan lama’’ antara Sipendek dengan Fenanti, keduanya sudah punya ‘’Istri dan suami’’ artinya sudah punya rumah tangga.

Fenanti dengan senang menerima, Kayo Pendek bertamu, saat suaminya sudah tidak dirumah. Bagi kebiasaan orang melayu, seorang istri berpantang menerima tamu laki-laki saat suami tidak dirumah, cara itu tak baik dipandang mata bagi warga, namun tidak bagi Fenanti. Ia, bukan bertepuk sebelah tangan, Ia bertepuk bersambut tangan, ‘’bak tari sesuai iringan gendang, dan suara musiknya’’

Itulah sekelumit, kedekatan Sipendek dengan Fenanti. Keduanya bisa larut dalam bertatapan, ‘’wajah keduanya damai, dibalik damai nan indah’’ Celoteh Syahbandar sahabat dekat SIpendek, bercengkerama ria pada sang pamannya.

Namun, sebagian dari bisik-bisik warga (tetangga), patut diduga selama ini sudah lama terjalin untaian kasih antara Sipendek dengan Fenanti, yang terbungkus rapi. Itu baru batas anggapan sepihak. Kita tak boleh berburuk sangka, hubungan baik antar anak manusia bisa terjalan, kapan dan dimana saja tanpa mengenal batas waktu, tutur Bandar.

Namun fakta ‘’berkata lain’’ kata Syahbandar, sang Penasehat Raja Usman, Penguasa negeri Ber-Embun itu, alias ‘’Raja Gunung Tujuh’’

Bak Na,as: Dipagi Sabtu, yang berkabut itu, Syahbandar, yang juga sahabat dekat Si-Pendek. Syahbandar, bertamu kerumah Sipendek, (Ia) Syahbandar, disambut Ny. Ira, 30 tahun Istri dari Sipendek, sahabat dekatnya untuk suatu keperluan.

Bandar, begitu Ia dipanggil. Ia bertanya, kemana Pendek, Tanya Bandar, kepada  Ny. Lira…? Abang, jawab Lira, lagi keluar rumah. Ia balik bertanya kemana iya..??

Jawab Lira, dekat-dekat sinilah paparnya ramah dan tanpa menaruh curiga sekalipun,…apa yang akan terjadi?.

Kedatangan Bandar, bertamu juga disuguhi Kopi, (Air Kawo), atau Kopi Daun Kawo, dalam bahasa Kerincinya.

Sehabis Ngopi, Bandar bergegas mencari sahabatnya Sipendek, oh..oh ternyata dalam pencariannya itu tanpa dia sengaja,….langkah kakinya mengkuti kata hatinya….Bandar, berjalan menuju kerumah kediaman Fenanti, tak terlalu jauh dari rumah sahabatnya Sipendek, berdekatan dengan rumah Sang Raja Usman.

Sampai didepan rumah Fenanti, Bandar mengucapkan Assalamualaikum 3 X, sebagai adat kebiasaan, sebelum masuk rumah, namun tak ada suara yang menyahut (jawaban) dari dalam rumah.

Bandar, merasa aneh, karena tidak seperti biasanya….lalu Bandar masuk keruang tamu rumah Fenanti, tak lama berselang Bandar duduk dan berdiam seorang diri, sambil berkata dihatinya, kemanalah Sipendek…? Dan kemana orang dalam rumah ini…???

Hampir dalam waktu bersamaan, terdengar suara “desah…mendesah” ……dan juga resah dari dalam bilik kamar tempat tidur, hanya hitungan beberapa menit saja, Fenanti muncul keluar dari kamar tempat tidur lalu menangis… menghampiri Bandar.

Bandar, merasa aneh ada apa ini?.  Seraya sambil berkata “aku tidak mau lagi dua kali (2 X).’’  Belum sempat bertanya lebih jauh apa yang terjadi?

Tak lama berselang muncul pula SI-PENDEK, dari dalam kamar yang sama dan langsung mengancam Bandar, sahabatnya.

Dengan mengancam, ‘’kau tutup mulut’’ jangan macam-macam, ancam Sipendek dengan tujuan jangan di ceritakan pada orang lain. Bandar, terkejut dan bertanya dalam hatinya, ada apa sampai berduan dari dalam kamar, bukan suami istri kata hatinya bertanya dan gaduh.

Kisah cinta terlarang inilah, antara Sipendek vs Fenanti, digembok rapat Syahbandar kepada warga kampung. Bandarpun melakukan kebohongan, tidak menceritakan bertemu Sipendek sahabat dekat, keluar dari Kamar tidur dirumah Fenanti, saat suaminya sudah kekebun.

Namun Bandar menceritakan kejadian ini kepada pamannya, tokoh terpandang, (bak Suluh Bindang Dalam Negeri) dari salah satu Desa dipinggir Sungai Batang Merao. Kecamatan Gunung Kerinci, (Tokoh Adat) dengan sebutan, ‘’Ami & Suy’’ tokoh penting dalam keluarga, yang diharapkan dapat mencarikan solusi (jalan keluar), Cinta terlarang yang tertangkap, Syahbandar.

Ini bak, ‘’Pagar makan tanaman’’ karena ini keluarga dekat, dan keduanya sudah punya Istri dan Suami, ujarnya ‘’bertutur’’

Dua tokoh Suluh Bindang Dalam Negeri, (keluarga), yang harus menyelesaikan silang terjadi peristiwa, agar tidak terulang kembali.

Karena Pendek dan Fenanti, masing-masing sudah punya anak. Harapan Syahbandar agar tidak terjadi hal-hal diluar dugaan dari suami Fenanti.

Dengan harapan ‘’yang keruh dijernihkan, secara Adat’’ juga disebut, ‘’karena rumah bertiang, bataganai dalam adat Kerinci’’ hukum tertinggi didesa/ dusun harus ditegakan, sesuai dengan Hukum Adat berlaku.

Dengan meminjam istilah, jika ada sengketa dalam keluarga, antar keluarga dan dengan pihak lain wajib diselesaikan, dengan menjalankan aturan hokum adat ‘’biang tebok (tembus), hukum harus putus (selesai), tidak boleh diendap-endapkan. Sangat dikhawatirkan berdampak buruk, kedepannya, jika kasus ini berlarut-larut.

Guna menghindari memanasnya, silang sengketa antar kedua belah pihak, karena keduanya tertangkap dengan pandangan mata oleh Syahbandar, keduanya keluar dari kamar tidur yang tidak biasanya, (bukan mukhrim, suami istri yang sah).

Sampai cerbung ini di publikasikan, kedua belah pihak seakan-akan hal tersebut dalam cerita ini tidak pernah terjadi Sang Raja pun, ‘’tetap membungkus rapi cerita busuk,” Cinta terlarang diwilayah kekuasaannya.

Namun Si-Pendek, tak perduli dengan anggapan miring masyarakat didesanya, yang namanya cinta, ‘’tak bertepuk sebelah tangan’’ cinta menyatukan rasa tanpa batas, Ia damai dalam rasa. Namanya saja Pendek, tapi akalnya memang panjang dan cerdas. Pendek, memang insan yang kuat, tapi Ia gagal mengalahkan cintanya dengan Fenanti.

Jikalau terungkap dan terbuka kisah cinta terlarang ini besar kemungkinan cerita yang sama akan menerpa sang penguasa Negeri Ber-Embun, Siraja Usman, Rajanya Gunung Tujuh?.

Pesan Cerbung ini: Si-Pendek dan Raja Gunung Tujuh, ‘’Bersembunyi Dibalik Cinta Terlarang….Mengingatkan kita semua jangan terjadi lagi dalam kisah nyata.’’ Makanlah, makanan yang kita punya, ‘’jangan mengambil hak orang lain?’’

Mari kita jauhi Wanita Idman Lain (WIL), dan Pria Idaman Lain (PIL bagi laki-laki dan Wanita.

Karena setiap detik Iblis dan Saitan, bertekad merusak kehidupan anak manusia, ‘’yang ber-iman dan bertaqwa’’ Jadikan rumah dan Cintamu, ‘’taman surga’’ bagi penghuninya.

Jaga dan rawat cintamu dan cinta kita dalam kedamaian, ‘’bahagia itu bukan semata kekayaan dan nafsu, melainkan kasih sayang tanpa batas. (***).

Penulis   : Kepala Perwakilan BEO-Kerinci & Kota Sungai Penuh.

Editor     : Hendra Alih Bahasa, sebagai Redaktur Kisah Nyata.

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org