BENGKULU, BEO.CO.ID – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Zamhari, S.H., M.H. melalui Tim Pemberdayaan Keluarga dan Pencegahan Penurunan angka stunting, Weldi Suisno mengatakan salah satunya Program strategis yaitu Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut Program Bangga Kencana.
“Kita ditunjukan oleh BKKBN pusat sebagai Ketua Pelaksana strategis penurunan stunting di Provinsi Bengkulu dan BKKBN Perwakilan ditunjuk sebagai Sekretaris dalam Badan Pusat Statistik (BPS),” terang Weldi saat sambangi diruang kerjanya, Senin (18/3) kemarin.
Pihak juga menargetkan penurunan angka stunting ditahun 2024 sebesar 12, 55 % angka prevalensi stunting se – Provinsi Bengkulu memiliki target masing – masing disetiap kabupaten/kota.
“Angka disetiap prevalensi setiap kabupaten berberda – beda, jika dia sudah kecil maka targetnya lebih kecil lagi, semua itu untuk mendukung penurunan angka stunting di Provinsi Bengkulu menjadi 12, 55 % ditargetkan di Nasional ditahun 2024 ini angka stunting diturunkan 14 % program strategis ini menjadi prioritas BKKBN,” ungkapnya.
BKKBN melalui program strategisnya, dia menyampaikan melakukan pencegahan dari ulu, dimulai dengan pemeriksaan kesehatan calon pengantin secara keseluruhan, sedang untuk ibu hamil diperiksa kehamilannya dan dilakukan pendampingan hingga sampai melahirkan.
“Ini merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan terjadinya stunting, karenakan mengapa jika sudah terkena stunting tidak bisa diobati, tapi stunting dapat diupayakan dicegah salah satunya pencegahan dari ulu,” tegasnya.
Lanjut lebih jauh dia menerangkan bahwa program – program utama di BKKBN, selain program lainnya diantaranya yaitu BKKBN sebagai titik tumpunya adalah pembangunan keluarga dimulai dari remaja menyiapkan kehidupan berkeluarganya.
“Kalau remajanya sudah siap memiliki rencana, maka dia baru melakukan menempuh kehidupan berkeluarga dengan program apa, melalui Genre BKKBN punya kelompok kegiatan namanya PIK-R dan BKR. PIK – R itu sendiri bagian remajanya sedang BKR bagi keluarga yang memiliki remajanya, kemudian memiliki rencana baru bisa berkeluarga dan diharapkan dengan menyiapkan hidup berkeluarga ini tadi adanya berkesinambungan pencegahan stunting dari pemeriksaaan awal kesehatan sebelum menikah,” paparnya.
Setiap program tentu saja ada tantangan yang harus dihadapi dan tantangan lebih berat bisa dikatakan yaitu adalah kultur dan budaya. Dan sebagian masyarakat tidak terima dilabeli sebagai stunting dan juga minim pemahaman soal stunting.
“Selain kendala lapangan pasti ada, pemahaman dilapangan terhadap informasi yang ada itu juga menjadi kendala, tapi semua itu bukanlah menjadi kendala yang lebih besar dapat diatasi dengan strategi – strategi lain,” pungkasnya. (SB/AS)