LEBONG, BEO.CO.ID – Rencana program menuju desa adat dan desa wisata sekaligus wilayah konservasi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) yang menjadi skala prioritas pemerintah daerah Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, khususnya Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Belapis, sedikit mengalami penundaan diakibatkan dampak pandemi Covid 19.
Tidak hanya akses jalan dan pelayanan kesehatan yang belum memadai, hingga program desa adat dan wisata yang telah direncanakan oleh pemerintah daerah sebelumnya untuk masyarakat daerah tertinggal, yang akhirnya belum bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Hal itu dijelaskan langsung Camat Pinang Belapis, Erwan Toni saat bertemu di Desa Sungai Lisai, Sabtu malam minggu, (23/1/21) belum lama ini.
“Wacana program desa Sungai Lisai sebagai desa adat, sedikit mendapatkan hambatan dan sekaligus pembuatan Perdanya. Sejak pemangkasan anggaran dampak dari Covid 19 program tersebut ditunda,” ujarnya.
Diakui oleh Toni, dengan anggaran yang dimiliki di Kecamatan tidak memungkinkan atau terakomodir untuk kesiapan desa adat dan desa wisata. Kondisi ini diperparah sejak datang wabah Covid 19, hingga ada pemangkasan anggaran.
Hal ini perlu kajian ulang, apakah program yang direncanakan awal akan berlanjut tahun ini atau masih tertunda, menunggu jadinya Perda tentang desa adat dan desa wisata (konservasi) Desa Sungai Lisai.
“Jika itu terwujud bagian nilai tambah ekonomi masyarakat Sungai Lisai dan eksporasi kekayaan budaya serta tradisi, pengembangan kearifan lokal yang harus dilestarikan, contohnya seperti desa yang ada di Bali sebagai destinasi wisata dan desa adat,” tuturnya.
Sambung Toni menjelaskan lagi, wacana ini sudah lama tergantung kebijakan pemerintah daerah melalui instansi terkait serta wakil rakyat. Tidak hanya menuju desa adat dan desa wisata, pembangunan penginapan bilik tradisional tempat para pengunjung sesuai dengan ciri khas masyarakat Sungai Lisai yang merupakan bagian dari target desa adat dan desa wisata.
“Mengingat dalam satu bulannya, kurang lebih 40 orang pengunjung yang datang ke Desa Sungai Lisai, dengan ekosistem kekayaan alam TNKS yang masih terjaga, baik flora dan fauna. Dan kerajinan tangan (anyaman) tradisional yang unik untuk dikembangkan sebagai kearifan lokal yang ada sini,” jelasnya.
Hal senada diungkap Kadis Pariwisata Kabupaten Lebong, Edy Ramlan melalui konfirmasi sambungan via handpone, dia mengatakan, bahwa desa wisata belum ditetapkan dengan SK Bupati, rencananya tahun ini akan dibahas dengan Bappeda. Mudah-mudahan tahun ini ada anggarannya, karena situasi pandemi Covid 19.
“Pariwisata belum jadi program prioritas, anggaran kita kecil tidak memungkinkan untuk menjalankan program yang signifikan, rutin dinas cukup saja syukur dan kita maklum APBD kita kecil dan prioritas masih ke penanganan wabah Covid 19,” terangnya diakhir (28/1/21).
Pewarta : Sbong Keme