LAPORAN : SYAM HADI PURBA TAMBAK
SIMALUNGUN, BEO.CO.ID – Kian memperjelas masalah pembalakan liar alias illegal loging terkait dugaan penyebab bencana banjir bandang yang melanda kota wisata Parapat pada Kamis 13/05/2021 lalu. NGO/LSM Kelompok Study dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) membeberkan sejumlah temuan mereka perihal kerusakan hutan dan penyebab lainnya yg turut berperan dalam peristiwa banjir bandang Parapat.
KSPPM yang sehari hari getol mendampingi masyarakat dalam memperjuangkan hak dan nasib masyarakat dalam menyoroti berbagai hal serta masalah lingkungan dan kasus struktural lainnya seolah memberikan jawaban.
Melalui Rokky, Kordinator Study dan Advokasi KSPPM, dalam keterangan tertulisnya pada Senin, 17/05/2021 yang disampaikan Rokky ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp menuturkan bahwa kerusakan lingkungan ini disebabkan oleh maraknya pengusaha dan cukong kayu yang mengambil kayu alam secara masif di perbukitan Danau Toba.
Rokky menjelaskan, beberapa waktu lalu, pihaknya sudah melakukan Investigasi ke Hulu Sitahoan dan Sibatuloting. Disana mereka menemukan 4 hal penyebab banjir paling besar. Selain maraknya pengusaha dan para cukong yang menjarah kayu alam, ada juga masalah bekas galian C yang dianggap punya andil memperparah kerusakan lingkungan di hulu.
Kemudian, pihaknya juga mendapati adanya perobahan alih fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi lahan pertanian yang dilakukan masyarakat. Ini dinilai turut mempengaruhi.
Yang terakhir Rokky sampaikan adalah konsesinya PT Toba Pulp Lestari (TPL). Menurut Rokky, karena Konsesinya TPL berada di hulu Danau Toba, perubahan tutupan hutan dari hutan Heterogen menjadi Homogen menjadi salah satu faktor yang juga punya peran cukup besar atas peristiwa banjir bandang di kota Wisata Parapat.
“Dibeberapa Konsesi PT Toba Pulp Lestari lainnya juga terjadi hal yang sama,” beber Rokky.
Seperti diketahui, pada Kamis 13/05/2021 lalu, peristiwa banjir bandang menghantam kota Wisata Parapat.
Dalam kejadian tersebut, sejumlah rumah warga yang berada di Lingkungan Anggarajim, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, dan Huta Sualan, Nagori Sibaganding Kabupaten Simalungan menjadi korban ganasnya arus yang turun dari perbukitan dengan membawa material kayu, batu serta lumpur dengan mengobrak – Abrik pemukiman warga. (*)