spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

60 Ha Sawah Masyarakat Kering Kerontang, Bupati Kerinci ‘’Tutup Mata?’’

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

KERINCI, BEO.CO.IDSedikitnya, lebih kurang 60 hektar Sawah Masyarakat ditiga Desa Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, sudah dua tahun gagal panen, ironisnya Bupati Kerinci DR. H Adirozal, MSi, tutup mata belum ada upaya mencari solusinya, agar dapat dialiri air. ‘’malah terkesan didiamkan?’’

Padahal masalah pangan adalah program Nasional dari Pemerintah pusat, yang harus ditangani secara rutin dan serius bagi Bupati, walikota dan Gubernur seluruh Indonesia. Dimana program pangan Nasional antara lain peningkatan produksi Padai Sawah, Kedelai dan Jagung.

Enam puluh hektar dari ribuan hektar Sawah di Kerinci total tidak berfungsi, alias ‘’gagal panen’’ seharusnya Bupati Kerinci, segera mencari solusi, tidak harus sampaidua tahun masyarakat terlantar.

Dimana Visi dan Misi Adirozal, selaku Bupati Kerinci periode kedua menuju pembangunan KLB Berkeadilan (Kerinci Lebih Baik Berkeadilan), Pertanian terutama sektor persawahan (sawah fungsional), adalah skala prioritas masuk dalam program 10 unggulan Bupati Kerinci, 2021-2024.

Dalam chek and richek Jurnalist BEO.co.id Rabu pagi  (20/juli/2022) tampak jelas Sawah masyarakat yang kekeringan di Desa Koto Aro, Demong Sakti, dan Dusun Baru Siulak Panjang terbentang luas sawah masyarakat petani yang tidak berair, sudah ditumbuhi rumput liar.

Ketika dikonfirmasi dengan salah satu warga Desa Koto Aro, Samsir 50 tahun, yang juga Staf Pemerintahan desa (pemdes) Koto Aro, mengatakan kepada awak media ini, betul lebih kurang dua tahun sawah di tiga desa Kecamatan Siulak ini tidak dijadikan, (dikelola masyarakat), karena bendungan Daerah Irigasi (D.I.) di sebelah lapangan Desa Koto Aro rusak, air tidak bisa mengalir dengan normal ke sawah masyarakat, ujarnya.

BACA JUGA :  Sandra Boy & Zulfahmi : Balon Bupati Kerinci, Jangan Sampai Menunggu Sumbangan?

Masyarakat Koto Aro sudah sering gotong royong untuk mengedam bendungan agar air bisa naik ke sawah masyarakat, ternyata hasilnya tidak memuaskan. Tak heran kurang lebih 60 hektar sawah dinyatakan tidak jadi alias gagal panen selama dua tahun belakang ini, tegas Samsir.

Masyarakat dari tiga desa mengharapkan kepada pemerintah, untuk segera turun mengecek langsung kondisi riil dilapangan, puluhan hektar sawah masyarakat tidak dialiri air dan belum ada solusi dari Pemkab Kerinci?

Harapan masyarakat ini lanjut Syamsir, agar musim tanam (MT) berikutnya atau tahun depan ekonomi masyarakat bisa pulih dari sector Pertanian Sawah Fungsional, khususnya petani padi di tiga desa ini, harapnya.

Jurnalist BEO.co.id, Sandra Boy Chaniago, dalam penelusurannya kelokasi persawahan milik masyarakat tiga desa tersebut, memang kondisi bangunan D.I. yang bersumber dari Irigasi D.I. Siulak Deras, dengan bangunan induknya (B.0.) di Desa Lubuk Nagodang, jaringan saluran sebelah kanan, terutama diwilayah Desa Koto Aro, sudah banyak yang hancur dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Lebih memperihatinkan selain sudah terlantar tanpa air selama dua tahun, tiga desa tersebut adalah kampung (tetangga) langsung Desa Koto Beringin desa asal Bupati Kerinci, Adirozal. Dan Desa Dusun Baru Siulak Panjang, yang Sawahnya terlantar itu adalah bagian terdekat dari keluarga ‘’Adirozal.’’

BACA JUGA :  Wujudkan Ide Cemerlang, Kades Suko Pangkat Sediakan 1 Unit Ambulance

Sumber media ini mengatakan, ‘’jangankan yang jauh-jauh, sawah ditetangga desanya saja, sangat lamban mendapat perhatian dari Bupati Kerinci, Adirozal. Apa lagi yang jauh lokasinya dari pusat pemerintahan Pemkab Kerinci, sudah banyak bangunannya yang rusak, belum diperbaiki jelas sumber. Jadi KLB-Berkeadilan, sulit difahami maksud dan tujuan?

Dekat didepan mata saja, bertahun-tahun dibiarkan terbengkali dan tidak berfungsi, seperti yang dialami masyarakat petani Desa Koto Aro. Demong Sakti dan Dusun Baru Siulak Panjang.

Selama dua tahun kekeringan, sudah empat kali gagal panen, daerah Kecamatan Siulak, hanya dalam satu tahun dua kali MT (Musim Tanam), selama dua tahun berarti 4 X MT, tidak turun bersawah, karena tanpa air.

Dan otomatis masyarakat menderita kerugian sangat besar, jika dalam 1 ha menghasilkan 3 ton gabah kering giling (gkg), berarti masyarakat kehilangan 180 ton selama dua tahun. Ini sangat mempengaruhi penurunan penghasilan warga dari tiga desa tersebut, jelas sumber.

Kabid SDA (Sumber Daya Air), Dinas PUPR Kabupaten Kerinci, H. Anto, ST.MT, sampai sejauh ini belum diperoleh konfirmasinya. Dan upaya terus dilakukan untuk penjelasan dari Kabid SDA, yang bertanggungjawab secara teknis perbaikan-perbaikan atas kerusakkan jaringan irigasai, dalam wilayah kerjanya, guna menjaga dan mendukung stabilitas pangan nasional yang ada di Kerinci. (***)

Editor/ Penulis          :  Gafar Uyub Depati Intan.

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org