Laporan: Marhaen, Liputan Bengkulu-Jambi
KERINCI, BEO.CO.ID – Herzen Amri, SPd, Kepala Sekolah Menengah Negeri (SMPN) 28 Desa Simpang Tutup, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, pekarangan sekolahnya lusuh, kotor berantakkan, sudah tak layak, diakuinya, saat dihubungi Wartawan Bidik07ElangOposisi (Beo.co.id), 30 September 2021, secara spotif mengakui kondisi pekarangan sekolahnya penuh sampah (kotoran), Ia beralasan petugas tidak mengindahkan perintahnya. Benarkah…beikut kutipan penting wawancara Jurnalist media dengan Herzen Amri.
Dalam wawancara itu, Herzen Amri akrap dipanggil “Pak Rezen” menjawab pertanyaan Beo.co.id, membenarkan keadaan saat ini sekolah yang dipimpinnya, ktor dan sebagian semak. Ia, dengan mengatakan kembali petugas tidak sama sekali mengindahkan perintahnya. Namun, Ia tak menjelaskan siapa petugas di maksud?.
Herzen, mengeluhkan keamanan. Seakan sekolah SMPN 28 Simpang Tutup, “tidak aman” sehingga saya tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, danmelakukan terobosan, katanya mengeluh pada Jurnalis Beo.co.id.
Lebih rinci Herzen menjelaskan, jumlah murid saat ini 121 orang dan anak-anak didik disini, banyak “yang bandel” susah diatur. Nah kenapa saya ditugaskan disini, jelasnya balik bertanya sambil mengeluh.
Pagar pekarangan sekolah tidak bisa dilaksanakan pembangunannya, karena dihalang-halangi oleh salah satu oknum tokoh masyarakat, “maka kami biarkan terbengkalai” tidak ada yang berani memasng pagar sekolah, ujarnya.
Dari keterangan dan data dihimpun Jurnalist media ini, sejak tahun ajaran 2020 sekolah ini dipimpin Herezen Ambri SP.d, tidak banyak membawa perubahan baik prestasi maupun kedisiplinan dan mutu pendidikan, belum ada yang bisa dibanggakan.
Dengan kata lain, “berantakkan kebersihannya, alias amburadul” itu tergambar dari tumpukkan sampah yang dibiarkan para majelis guru, kepsek dan masyarakat setempat.
Ironisnya tumpukkan sampah, sehari-hari jadi tontonan bersama Kepsek, Majelis guru dan murid. Lebih seru dan terkesan menjijikkan pekarangan depan salah satu gedung sekolah, ditumbuhi rumput liar, lebih setinggi pinggang orang dewasa.
Disamping gedung kantor Kepsek terdapat tumpukkan sampah seperti Kertas, Botol minuman air Mineral, menjadi tontonan dan dibiarkan, “bak rumah tak bertuan?”
Yang tak kalah banyaknya dibandingkan disamping kantor kepsek (red, terlihat gambar). begitu pula di depan salah satu kelas tanaman tak terawat rumput liar pun bak semak belukar,setinggi pinggang orang dewasa ini tampak jelas tidak adanya perawatan dan pemeliharaan tanaman dilingkungan sekolah.
Menurut beberapa guru yang diminta SMPN 28 Simpang Tutup minta namanya tidak ditulis menerangkan telah banyak pergantian kepala sekolah disini dibawah kepemimpinan kepsek Herzen Ambri “terparah” dengan kata lain tidak ada kemajuan padahal sebelum kepemimpinan Herzen sekolah ini pernah mendapat prestasi terbaik.
Masih menurut sumber, kepsek Herzen sering tidak hadir jikalau hadir pun pulangnya lebih cepat dari pada guru guru dan murid seharusnya beliau sebagai pemimpin (kepsek) memberikan contoh kedisiplinan kepada sekolah.
Ditambah lagi kata sumber penegakan protokoler Kesehatan tidak berjalan dengan baik (tidak sesuai dengan ketentuan yang ditegakkan oleh Dinas Kesehatan).
Sementara itu Ketua Komite sekolah, Kamarun Zaman mengatakan selama kepemimpinan kepsek Herzen, disekolah ini saya sebagai ketua komite tidak pernah diundang duduk bersama/ rapat bersama wali murid untuk memajukan sektor pembangunan sekolah kata nya, berbeda dengan kepala sekolah sebelumnya.
Dilanjutkan Kamarun, jikalau ada masalah murid-murid yang nakal atau program-program terobosan kita selalu membuka pintu musyawarah agar pihak sekolah tidak bekerja sendiri dan mendapatkan solusi jalan keluarnya tapi sampai hari ini katanya, kepsek tidak pernah mengundang komite sekolah maupun wali murid dan lingkungan sekitarnya untuk mencari solusi terbaik, bagi kepentingan sekolah dan kesehatan murid, majelis guru dan masyarakat.
Dari pengamatan wartawan media ini, terlepas soal siapa yang salah sampah dan kotoran yang menumpuh itu harus segera disingkirkan, demi menjaga kesehatan dan ketertiban dipekarangan sekolah sekaligus contoh bagi pencerdasan anak bangsa, generasi kedepannya.
Laporan : Marhaen
Editor : Gafar Uyub Depati Intan