Lahir, dibesarkan, dididik, dipilih dan digaji dari uang rakyat. Jangan sampai Kerinciku sayang dalam pembangunannya menjadi Kerinci ku malang?. Yang rugi tentunya Masyarakat Kerinci.
Dalam otonomi daerah, masyarakat seharusnya proaktive melakukan pengawasan, “menjaga, merawat dan rasa memiliki, setiap bangun yang dilakukan pemerintah RI.
Bangunan yang dananya dikucurkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah” yang nilainya ratusan miliar rupiah belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, apa lagi “memakmur secara berkeadilan, adil dalam kemakmuran” justru masih jauh panggang dari api, karena pelaku praktik “KKN” (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme” kian subur bersama para oknum penguasa, yang bermental korup?. (***).
Penulis dan penanggungjawab putra Asli Kerinci, aktivis Pers, Ketua Komite Wartawan Reformasi Indonesia, (DPD-KWRI) Prop. Bengkulu, pengamat masalah kemiskinan di pedesaan. (+_).