BENGKULU, BEO.CO.ID – Kenduri Ajun Arah dan Naikan Sko bagi masyarakat Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi merupakan budaya Sakral yang turun temurun dari nenek moyang ‘’suku bangsa kerinci’’ yang telah berlangsung ratusan tahun lamanya, belum diketahui kapan pertama kali diadakan?
Yang jelas kebiasaan ini yang lazim dilakukan lima tahun sekali untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam masyarakat, mulai dari yang terkecil dalam rumah tangga, keluarga, lingkungan, kelompok dan masyarakat desa.
Dengan maksud membangun kerukunan dalam masyarakat, hidup damai berdampingan satu sama lainnya. Kata, Gafar Uyub Depati Intan, didalam desa, (dusun) sangat dikenal dengan panggilan, ‘’Pral Uyub’’ atau ‘’Ngah Uyub’’ atau kakak (abang nomor dua). Mirip dengan panggilan, ‘’Ngah Adi’’ tapi beda.
Menurut Ngah Uyub, upaya yang dilakukan masyarakat Desa Tanjung Genting dan Tanjung Genting Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, akan dilangsungkan Minggu, 15 Januari 2023, berkumpul dirumah Adat (rumah anak Batino Tuwo) rumah saudara Perempuan Tua, Do,a bersama dalam menetapkan dan menguatkan ‘’Ajun Arah kembali dan Naikan gelar Sko (Pusaka)’’ kepada para depati yang berhak memakainya, sesuai garis keturunannya, sebagai pemimpin adat dilingkungan dan desa.
Ini sebuah acara sacral, yang memiliki nilai-nilai luhur untuk kebaikan, bersatu teguh bercerai runtuh, harus sama-sama kita jaga, dan para depati yang dinaikan gelar Sko (Pusaka) dipundaknya ia harus bertanggungjawab terhadap nilai-nilai tersebut. Dan tidak sekali-kali, sekedar memakai gelar Skonya masing-masing.
Untuk menjaga nilai-nilai luhur, secara beradab (sopan-santun), yang tua tahu dengan tua dirinya, demikian pula yang muda (generasi muda). Yang tua menyayangi dan membina yang muda dan anak muda tahu arti hormat dengan yang lebih tua papar Ngah Uyub, putra Kerinci kelahiran Desa Tanjung Genting, 65 tahun yang silam, kini menetap di Bengkulu.
Sehubungan kita telah memasuki tahun politik sejak Juni 2022, dan berjalan proses Pilpres (Pemilihan Presiden), Pileg, (Pemilihan Legislatif) = DPR, pusat, Propinsi, Kabupaten dan Kota dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, maka Persatuan dan Kesatuan harus terus diperkokoh dan dijaga bersama.
Dan jangan sampai acara ‘’Kenduri Ajun Arah dan Naikan Sko’’ menjadi alat politik dan dipolitisir oleh pihak tertentu, untuk kepentingannya. Acara politik 2024 masih lama, sampai waktunya gunakanlah hak politik (memilih dan dipilih) sesuai hati nurani masing-masing pada waktunya nanti.
Kini, mari kita bangun dan kokohkan persatuan dan kesatuan, dengan mempererat tali silaturahmi satu sama lainnya. Dan sangat penting memperbaiki akhlak dalam diri, keluarga, lingkungan masing-masing. Dan Jangan Berhenti Belajar, ‘’Jadi Orang Jujur & Bertindak Profesional’’ maaf bila tidak sependapat.
Karena politik adalah perebutan kekuasaan. Beberapa tahun lalu masyarakat Desa Tanjung Genting sempat terbelah, gara-gara Pemilihan Kepala Desa (Pilkdes) yang menimbulkan nilai-nilai negative dan perpecahan, itu semua mari kita sepakat melupakannya, dan membangun (merajut), kekompakan dan saling bantu (tolong) satu sama lainnya, berat ayo sama kita pikul dan ringan sama dijinjing.
Dan itu telah ditanamkan pesannya setiap Kenduri Ajun Arah dan Naikan Sko (Pusako) dalam adat Kerinci, yang satu-satunya masih ada, berjalan dengan baik di Kabupaten dan Kota Sungai Penuh, mari kita belajar banyak dari kesalahan masa lampau dengan tidak mengulangi atau terpuruk dilobang yang sama, papar Ngah Uyub.
Saya mengutif dari amanat adat Suku Bangsa Kerinci, ‘’Datang Nampak muko (muka) Pergi Nampak Punggung, Negeri, dusun/ desa Berpagar Adat, Tepian berpagar Malu, Jangan seperti layang-layang menyapu buih, bak bujang gatal tangan’’
Jika mau kita pahami dan dalami, sangat baik menjadi pegang dan pakai sehari-harinya. Jika difahami artinya, lebih kurang, ‘’datang Nampak muka dan pergi Nampak punggung, artinya jelas dan terang, yang datang jelas, (masuk mohon izin), pergi Nampak punggung, juga jelas, artinya jelas dan siapa orangnya tidak diragukan (abal-abal).
Negeri, desa / dusun berpagar Adat, artinya masyarakat patuh dengan hukum adat yang berlaku. Pergi Nampak punggung, juga jelas/ terang (tidak ada orang merasa kehilangan, karena pergi pamit dengan baik).
Tepian berpagar malu, zaman baholak atau zaman dahulu. (tidak ada tempat mandi tertutup dan WC (tempat buang hajat), semuanya ke Sungai, maka harus dijaga jangan mandi dekat dengan bini (istri) orang maka tapian mandi harus dipisahkan, jika laki-laki dimudik (hulu), perempuan dihilir dengan jarak yang jauh, jika terlihat tidak membangkitkan hawa nafsu. Artinya, saling jaga sudah lama diatur dalam adat Suku Bangsa Kerinci, guna saling menjaga kehormatan antara laki-laki dan perempaun.
Dan jangan seperti layang-layang menyapu buih, dan bak Bujang gatal tangan. Jika difahami artinya, jangan hilir mudik ditepian mandi perempuan, itu namanya Ngintif, (Celak mato) bisa dikenakan denda adat. Karena bujang gatal tangan Mengintif istri orang (bini kanti) sedang mandi.
Dan jangan seperti bak bujang Gatal tangan, jika pulang dari mandi dan berjalan beriring dengan bini orang (bini kanti), mencolet pantat (badan) perempuan. Ini juga dikenakan denda adat, dan diputuskan dirumah gedang (rumah Adat), oleh para Depati/ Kepala Dusun/ Cerdik Pandai dan masyarakat adat, adanya pelanggaran (kelakuan buruk) dari bujang Gatal tangan.
Sekarang nyaris tidak ada lagi yang mandi disungai, karena sudah punya MCK (Mandi Cuci Kakus) dari pemerintah dan mandi tertutup dirumah masing-masing, namun ‘’bujang-bujang gatal tangan kian banyak jumlahnya, demikian juga pelanggaran Celak Mato, menggoda istri orang (istri kanti).
Diera teknologi serba canggih ini, salah satu alat jika digunakan bebas dan berlebihan, Android salah satu alat perusak mental dan fikiran generasi muda dan kita semua. Tergantung cara dan tujuan penggunaannya.
Dalam amanat Kenduri Ajun Arah dan Naikan Sko, sebuah acara sacral yang memiliki arti yang luar biasa, jika generasi muda dan kita semua, kini sadar mempelajarinya, insya allah, akan melahirkan calon pemimpin disekitar yang baik, ‘’jujur dan amanah’’ rinci Ngah Uyub.
Mari kita jaga, petitih adat Suku Bangsa Kerinci, yang turun temurun dari nenek moyang kita beratus tahun silang, hingga kini jadi vondasi yang kokoh, kuat dan benar, semoga. (BEO.co.id/ Eluban Rna Intan).