spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Para Jurnalist Indonesia Yang Mati Terbunuh

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kematian wajib kita yakini, sebagai umat Muslim pengikut Islam yang benar, setiap yang bernyawa pasti mati, dan tidak ada yang abadi didunia ini, selain Allah dan kehendaknya.

Dan tak terkecuali manusia (orang), yang berprofesi (pekerja media) pasti akan mati. Maka semasa hidup/ sehat segera memperbaiki diri, ber-iman kepada Allah, bagi yang pemeluk Islam dan yang lain sesuai keyakinan masing-masing.

Nah, kematian Wartawan para Jurnalist Indonesia, memang berparisasi sama dengan kematian orang lainnya. Kali ini “Catatan yang terabaikan” menurunkan catatan yang telah dipublis banyak media, berdasarkan peristiwa dan kejadiannya.

Kali ini, sebagai Jurnalist pengasuh *Catatan yang terabaikan” mengingat perlunya mengenang kembali atas kematian para Jurnalist Indonesia yang mati terbunuh dilapangan, diduga kematian dilatar belakangi berita, “adanya sebab dan akibat” secara keyakinan, “kematian itu adalah rahasia tuhan (illah) yang maha kuasa, dan maha segalanya. Yang menentukan kematian itu. Kita hanya menunggu, kapan gilirannya?

Bukan manusia yang menentukannya. Tapi secara duniawi banyak pihak berpendapat, bahwa kematian ada sebab-sebabnya, “karena sakit, kerja keras, makan sesuatu yang berlebihan dan lain sebagainya”

Sebagai Wartawan, pengasuh “Catatan yang terabaikan” menulis kematian sejumlah Jurnalist Indonesia yang disebut “mati terbunuh” dilapangan saat bertugas dan lain sebagainya.

Memasuki awal ramadhan 1445 H, sebagai sama-sama profesi Wartawan (pekerja Pers) Jurnalist (Wartawan), sesama profesi Wartawan dulu identik dengan sebutan Kuli tinta atau kuli disket.

Jadi sudah seharusnya sesama profesi Jurnalist, media, akan dan mengenang kematiannya, kalau bukan kita dan keluarganya yang mengenang kematiannya, siapa lagi, maka kita para Jurnalist yang masih hidup yang mendo,akannya dan membangun silaturrahmi dengan keluarganya ?.

Dan membangun Siturrahmi sesame Jurnlist (Wartawan) dan keluarganya waktu masih hidup, sama dengan masyarakat umum lainnya, mari terus kita bangun dan jaga dengan baik.

Terkadang antara Wartawan dan media, tak bisa dibantah banyak perbedaan yang terjadi (beda pendapat) dalam melihat dan membaca masalah yang terjadi dan berkembang ditengah masyarakat.

Mari kita jadikan perbedaan itu, untuk menguji intelektualitas berfikir dan bekerja dalam mencari kebenaran dari sebuah atau beberapa peristiwa terkini. Dengan menggunakan Payung Hukum UU No.40 tahun 1999 tentang Pers, dan 11 Poin Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Wartawan Indonesia.

BACA JUGA :  Sandra Boy & Zulfahmi : Balon Bupati Kerinci, Jangan Sampai Menunggu Sumbangan?

Mungkin ada diantara kita yang tidak satu keyakinan Iman, bisa kita berada dalam satu suku, adat istiadat/ daerah, jika pun tidak, jelas kita satu bangsa dan satu tanah air Indonesia, sudah seharusnya kita membangun silaturrahmi sesame anak bangsa.

Guna membangun negeri yang kita cintai ini, sesuai profesi dan pekerjaan kita masing-masing, tetap mengutamakan kepentingan bangsa, kepentingan bersama dan menciptakan rasa keadilan ditengah masyarakat, yang berbeda beragam (majemuk), bersatu dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdasarkan Panca Sila, dan UUD 1945.

Indonesia yang merdeka, kuat, maju, sejah tera dan makmur berkeadilan, adil bersama dalam kemakmuran.

Kembali Soal Kematian

Catatan kematian para Jurnalist (Wartawan) Indonesia yang terbunuh, dari berbagai media, asal dan daerah dikutif dari berbagai sumber dan dokumentasi media masing-masing.

Berikut ini, disajikan kembali, sesuai tanggal, nama dan tempat kematiannya, antara lain:

  1. 16 Agustus 1996, Fuad Muhammad Syafrudin (Udin) media Harian BERNAS, Yogyakarta, uraiannya
    diduga dibunuh terkait pemberitaan korupsi di Bantul.
  2. 25 Juli 1997, Naimullah media Harian SINAR PAGI, Potianak K investigasi pembalakan liar di Kalimantan yang melibatkan oknum kepolisian. Kalimantan Barat, uraiannya diduga dibunuh terkait pembalakan liar di Kalimantan yang melibatkan oknum kepolisian.
  3. 29 September 1999, Agusmuliyawan, Asia Press, Los Palos Timor Timur, diduga dibunuh oleh milisi yang dibina ABRI.
  4. 17 Juni 2003, Muhammad Jamaluddin TV RI Aceh. Diduga dibunuh karena laporannya tentang Konflik Aceh.
  5. Lalu menyusul hilang sahabat kita, Wartawan pemberani Ersa dan Juru Kamera Ferry Santoro dilaporkan hilang di Kuala Langsa Aceh, diduga dibunuh karena laporannya tentang Konflik Aceh.

29 Desember 2003, Ersa Siregar, media RCTI, uraiannya Simpang Ulim Aceh Timur.

Pada 5 Juli, Kijang yang dipakai Ersa dkk ditemukan di Langsa, Aceh Timur, yang dikenal sebagai basis GAM.

Pada 29 Desember, Ersa ditemukan tewas dalam baku tembak di Kuala Maniham, Simpang Ulim, Aceh Timur. Kepala Staf TNI AD mengakui bahwa peluru yang membunuh Ersa Siregar merupakan peluru TNI.

  1. 29 April 2006, Herliyanto, media Tabloid DELTA POS-SURABAYA POST, Tempat Probolinggo Jawa Timur. Diduga dibunuh terkait Peliputan Kasus Korupsi di Desa Tulupari, Kecamatan Tiris,
  2. 15 Februari 2009, Anak Agung Narendra Prabangsa, media RADAR BALI. Tempat Padanghai Manggis Karang Asem. Dibunuh karena memberitakan Penyimpangan Proyek.
  3. 29 Juli 2010, Ardiansyah Mat,rais Wibisono. Diduga dibunuh karena meliput tentang Persaingan Politisi pejabat daerah dalam memperebutkan proyek agrobisnis.
  4. 18 Agustus 2010, Alfrets Mirulewan, media TABLOID PELANGI, sedang melakukan Investigasi kelangkaan Bahan Bakar Minyak di Pulau Kisar.
BACA JUGA :  Sandra Boy & Zulfahmi : Balon Bupati Kerinci, Jangan Sampai Menunggu Sumbangan?

10.12 Agustus 2010, Ridwan Salamun, media Tual dan SUN TV, Maluku Tenggara. Tewas dikeroyok ketika meliput Kerusuhan antar warga di Kota Tual.

11, 30 Oktober 2019, Maraden Sianipar media PINDO MERDEKA, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Ditemukan tewas di areal perkebunan kelapa sawit PT SAB/KSU Amelia, Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.

Pembunuhan diduga terkait sengketa lahan perkebunan sawit yang telah disita untuk dijadikan kawasan hutan. Inspektur Jenderal Agus Andrianto, Kapolda Sumut, mengatakan bahwa otak pembunuhan adalah pemilik perkebunan kelapa sawit KSU Amelia, HR, yang memerintahkan 8 orang untuk membunuh kedua wartawan ini.

  1. 11 Oktober 2019, Martua Siregar, media PINDO MERDEKA, dibunuh keduanya soal sengketa lahan Perkebunan.
  2. 19 Juli 2022, Firdaus Parlindungan Pangaribuan/ Firdaus P Pandjaitan, media Pos PAPUA POS, Tempat Kramat Jati Jakarta. Dibunuh,…..
  3. 19 Juni 2021, Marsal Harapa media Pos Papuapos lokasi Simalungun Sumatera Utara. Dibunuh 4 oknum anggota TNI.

Itu sebagian dari data yang masih terdokumentasikan dan sebagian bisa dikutif. Secara keseluruhan tentu jumlahnya bisa lebih, dan masalah tindakan kekerasan lainnya.

Masih banyak sekali yang perlu didata, disimpan, dan perlu diingatkan kembali sebagai pembelajaran berbenah diri untuk memperbaiki bagi generasi Jurnalist kedepannya, dan memperbaiki titik lemah, dalam penugasan dari redaksi.

Dan kematian itu soal waktu dan takdir dari tuhan yang maha segalanya. Perbaikan diri, sebelum kematan menjemput (maut), perlu dibenahi bersama keluarga, dan antar sesame Jurnalistik.

Data yang disajikan ini, hanya sebagian kecil dari banyak peristiwa yang terjadi, maka masukan, saran dan kritik anda diperlukan. ( * )

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org