spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

POLITIK BERMARTABAT & POLITIK MARTABAK DENGAN SELERA & RASA SENDIRI

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Oleh : Ozzy Sulaiman Sudiro

Ketum KWRI / Sekjen Majelis Pers.

Disulap para budak penjilat, politikus busuk bermental jongos penuh berakrobatik seperti badut-badut dengan menyuguhkan martabak manis dengan selera rasa sebagai tontonan menarik, rakyat digiring ke pertandingan menang dan kalah tetaplah resah.

Kader karbitan tak akan mengakar kepenjuru negeri, ia naik dipaksakan, Ia takkan pernah merasakan berjuang, berpolitik dari Nol dan merasakan pahit getirnya perjalanan bagaimana, “mengangkat harkat, martabat anak negeri dan mensejahterakan rakyat, mencipatakan rasa keadilan ditengah masyarakat” Ia hanya lahir dari tempat yang empuk, belum tahu pahitnya perjuangan, membangun bangsa yang besar”

Mundur-mundurlah,,,,,dengan ikhlas sebelum rakyat (anak negeri) sepakat memundurkan nya.

Politik secara harpiah bermakna kebijaksanaan.

Secara istilah,  politik adalah suatu seni, teknik dan strategi mengendalikan manusia oleh manusia dengan seni merangkai kemungkinan dengan suatu keajaiban, yang mungkin bisa jadi tidak mungkin atau sebakiknya yang tidak mungkin menjadi mungkin demi kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan hidup manusia.

Langkah alphabetik kegiatan politik terbagi dua : internal dan eksternal.

Politik internal adalah politik adiluhung saat dimana seseorang memulai proses politik dari internal dirinya.  Dia melihat bahwa dirinya adalah manusia paling dekat yang harus dikendalikan sebelum mencoba mengendalikan manusia-manusia di luar dirinya.

Baginya,  politik pertama kali berperistiwa didalam dirinya dimana akal nurani dan ego-dirinya tengah saling rebut pengaruh dan kekuasaan di dalam pemerintahan dirinya.

Baginya,  setiap tarikan dan hembusan nafas adalah politik. Setiap saat terjadi saling rebut kekuasaan antara akal dan nafsu libido kekuasaanya.

Saat akalnya sudah dapat menguasai nafsu libidonya maka barulah ia melangkah ke politik eksternal,  politik praktis.

Hal itu berbeda apa yang sesungguhnya terjadi politik direpublik ini, faktanya akhir-akhir ini, lagi- lagi rakyat dibikin kaget bukan kepalang, dikejutkan atas peristiwa politik dinegeri konoha, dimana bocah kecil “bocil” penjual martabak ternyata hanya kamuflase semata.

Tipu daya atas putra baginda raja yang disulap para budak penjilat, politikus busuk bermental jongos penuh berakrobatik seperti badut-badut dengan menyuguhkan martabak manis dengan selera rasa sebagai tontonan menarik, rakyat digiring ke pertandingan menang dan kalah tetaplah resah.

Dimeja pertaruhan kuasa, dinegeri bermuka tebal suara rakyat dibuat senyap, para polikus busuk mereka telah menjarah dimeja musyawarah yaitu kaum licik bertopeng pembebas mulai menyulap kotak ajaib dari suara rakyat menjadi suara tuan, perintah tuhan menjadi perintah tuan, hingga terperangkap atas permainan baginda Raja mulyono tehbotol sostro dimejo tahu-tempe ngga kebagian keris alias raja jawa imitasi KW.2 Sabdo pandito ratu atas perintah sang raja dinegeri konoha semua berjalan mulus oleh akal bulus dan rakus atas kekuasaannya, merubah semua tatanan hukum, etika dan moral dengan memutarbalikan dan memporak-porandakan sistem demokrasi yang mulai tertata rapih terbangun warisan pejuang reformis  kandas ditangan-tangan iblis.

Inilah negeri berdarah hutang hingga keadilan diobral harga murahan. cakwe-cakwe makanan khas negeri Tiongkok kiriman “hopeng” alias kawan yang dermawan sekaligus  sebagai pemberian upeti gratifikasi dengan konvensasi menjual kedaulatan NKRI dengan mengahalalkan segala cara etika-moral dan kepatutan, strategi membangun moral budak tercipta. sehingga berujung mengusik rasa keadilan kaum proletar yang terancam lapar

Kini tabir mulai terungkap oleh para budak penjilat yang mulai bersuara tobat sambel petir, yang setia mulai berkhianat hingga raja ketar-ketir, yang patuh mulai membangkang menusuk dari belakang, hingga abdi-dalem yang mulai meniggalkan dipenghujung tahta kekuasaan.

Bau busuk mulai menyengat hingga kepelosok negeri, atas perbuatan dan dosa dimasa lalu tanpa sedikit rasa malu, dengan jargon pembangunan jadi mantra pembius , dalam tirani rakus dan haus, antara istana impian dan istana kuburan

Terjun ke dunia politik praktis tanpa memulainya dari dalam diri sama saja dengan memperluas jangkauan korban kebuasan nafsu. 

Karena orang yang nafsunya mendominasi akal nuraninya adalah korban pertama dari kegagalan politik di dalam dirinya. 

Ketika sebagai korban dan pecundang di hadapan nafsunya,  ketika ia melangkah ke dunia politik praktis maka dapat dipastikan ia sedang memperluas jangkauan pengaruh nafsunya sejauh pengaruh kekuasaan yang dikangkanginya.

Jangan biarkan Ibu Pertiwi menangis meratapi anak negeri.

Negeri kita yang kaya dan indah ini, bukan milik kelompok, keluarga apa lagi individu pencapaian Kemerdekaannya yang di Proklamasikan “Soekarno-Hatta” atas nama Bangsa Indonesia, 17-08-1945, dengan perjuangan yang sakit Air Mata, Darah, Jiwa dan harta. “Enak saja tukang martabak, merampasnya?

Sadarlah masyarakat negeri ini, butuh kemakmuran dan keadilan, pembangunan yang merata dan seimbang, tak boleh dikuasai “tukang martabak” hanya selera sendiri, mengabaikan demokrasi. (***).

Penulis :  Ketua Umum Komite Wartawan Reformasi Indonesia ( KWRI ) dan Sekjen Majelis Pers.

Editor / penanggungjawab : Gafar Uyub Depati Intan / Redaktur Politik, Hukum dan Ekonomi.

Kisah Singkat Jurnalis Gudi Podcast Kemenag Rejang Lebong

Tabut Bengkulu (Dokumentasi Yopoyo)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Headlines

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts

https://situs-toto.togel.togetherband.org