Bukit Tengah Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi sejak ditetapkan oleh pemerintah sebagai pusat Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci, tahun 2009, saat itu Bupati Kerinci dijabat, H. Murasman, setelah berpisah dengan Kota Sungai Penuh.
Kini berdiri megah diatas dan dipunggung bukit, harus diselamatkan dari bahaya longsor dan abrasi mengingat “Bukit Tengah” daerahnya sebagian agak terjal dengan kemiringan bisa sekitar 65 derajat atau kurang, dan bisa lebih.
Kini daerahnya sudah tandus, sejak tahun 2009 telah ditebangi kayunya dan dikupas rerumputan diatasnya, dibangun sebagai komplek perkantoran Pemerintah daerah Kerinci, sampai sekarang, terlihat kokoh, aman dan nyaman, nyaris tak ada masalah.
Disatu sisi Bukit Tengah, selain sebagai pusat pemerintahan/ pelayanan publik, kegiatan perekonomian, (transaksi), budaya dan hiburan.
Fokusnya, Pemdakab Kerinci, bersama DPRD, yang membahas, merencanakan dan merealisasikan pembangunan Kerinci yang lebih maju, dan terbaik kedepannya dan mampu bersaing minimal tingkat lokal, antar kabupaten di Propinsi Jambi, untuk pelayanan publik. Diperlukan tempat kerja yang aman dan nyaman?.
Masih hangat dalam ingatan masyarakat Kerinci, khususnya yang tinggal di Kecamatan Siulak Mukai dan Siulak longsornya Jalan Jalur dua (II) jalan menuju komplek perkantoran, kantor Bupati, DPRD dan sejumlah kantor OPD lainnya yang berada dipuncak Bukit Tengah.
Longsor itu akibat hujan dan endapan (kedapan) airnya, dan kondisi siringnya tidak terawat dengan baik.
Sedangkan pada bagian atas Bukit Tengah, sudah berdiri sejumlah/ puluhan perkantoran Pemdakab Kerinci, sementara kondisi tanahnya bisa jadi gembur (mudah kropos), atau mudah abrasi karena kayu yang selama ini bagian dari penyimpanan air sudah tidak ada lagi, dan sudah jadi hamparan perkantoran, yang gersang.
Maka Pemdakab Kerinci bersama DPRD kedepan perlu mengkaji secara mendalam, untuk jangka panjang mau diapakan penyelamatan Bukit Tengah, (sebelum bencana) itu tiba, sebagai pusat pemerintahan Kerinci, perlu apa tidak untuk dihijaukan dengan menanami lahan-lahan kosong diantara kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan disekeliling kantor masing-masing?.
Kajian dipandang perlu untuk dilakukan. “Perlu tidaknya dihijaukan karena kondisi Bukit Tengah yang termasuk gersang,” kondisi terkini masih aman, hanya longsor biasa di Jalan Jalur II (dua) yang terjadi sekitar pukul 02 dini hari, Kamis 21 Desember 2023, akibat hujan dari (20/12/2023) Rabu.
Kajian itu memang disadari butuh biaya besar untuk menghadirkan para ahli dibidang Hutan, Lingkungan, ahli pertanahan, pertanian, Sungai dan Sumber Daya Air (SDA), bidang Perumahan, untuk mengkaji, “perlu tidaknya dihijaukan” untuk waktu/ jangka panjang.
Tulisan, “Catatan yang terabaikan” ini, hanya semata memberi wacana, (masukan), karena beratnya beban yang harus ditahan, dengan daya beban berat, kendati tidak diketahui sudah berapa ratus ribu ton beratnya.
Yang bersumber dari bangunan yang kokoh itu. Sementara kondisi tanahnya mudah tergerus air, apa lagi musim hujan deras turun.
Karena tanah yang longgar (kropos), akibat faktor alam kemarau panjang, lalu ditimpa hujan deras (lebat), itu hukum tuhan dan kondisi alam yang berubah-ubah setiap waktu.
Dan bencana itu datangnya tidak bisa diprediksi kapan dan dilokasi mana?.
Tapi, dipandang perlu, untuk menggugah kita semua, demi menyelamatkan yang lebih besar, (kepentingan) Pemdakab dan masyarakat Kerinci kedepannya.
Dan kita semua berharap jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi. Ada baiknya, penyelamatan Bukit Tengah secara keseluruhan untuk jangka panjang, dikaji dari sekarang.
Dan secara teknis bahu jalan kiri-dan kanan jalan dilingkungan Bukit Tengah, perlu atau tidak dilebarkan dan dirawat sebagaimana mestinya, tentu butuh fakar yang ahli dibidang jalan.
Jika hasil penelitian para ahli dibidangnya, menyatakan tidak perlu di hijaukan, berarti keselamatan Bukit Tengah secara keseluruhan bisa aman, memang itu harapan kita semua.
Wacana dari tulisan ini, tidak bermaksud berpraduga buruk, (akan adanya bencana besar), karena bangunan perkantoran Pemdakab Kerinci sudah menghabiskan dana mungkin mencapai “Triliyunan Rupiah” jika sampai terjadi ancaman amruk (amblas), abrasi dan atau menimbulkan longsor besar-besaran yang terancam adalah pusat Pemdakab Kerinci.
Dan sama kita ketahui tidak mudah membangun atau memindahkan sebuah pusat pemerintahan kedaerah lainnya, selain butuh dana besar, kita akan menghadapi kompleksitas yang rawan dan memulai lagi dari nol, maka lebih baik bagaimana memeliharanya secara benar dan berkelanjutan, untuk kepentingan pelayanan bagi public (masyarakat) luas.
Untuk melihat secara riil kondisi jalan disekeliling Bukit Tengah, dalam hal ini kita punya Dinas PUPR CQ Bina Marga. Dan anak-anak sungai kecil yang melintasi Bukit Tengah, perlu dilihat keberadaannya secara nyata, apakah normal atau tidak alias (tersumbat) yang bisa menimbulkan masalah bencana kedepannya.
Tulisan ini, tidak harus menjadi patokan hanya semata sekedar masukan. Jikapun ada positifnya silakan ambil azasmanfaatnya, jika merasa direpotkan, dan tidak sependapat buang jauh dan jangan di ingat. (***).
Penulis/ Editor : Seorang Kulitinta, Pempred BEO.co.id, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Wartawan Reformasi Indonesia (DPD-KWRI) Bengkulu, putra Asli Kerinci. (+ _ ).