KERINCI, BEO.CO.ID – Dua pekan terakhir di Kabupaten Kerinci, Jambi banyak peristiwa menghebohkan, dari hal sepele, alias remeh temeh sampai kasus perampokan uang rakyat, dugaan korupsi uang tunjangan rumah dinas DPRD Kerinci dan mantan, dewan ramai-ramai mengembalikannya, agar aman dari jangkauan Hukum. Kemaren, Rabu (8/3/2023), puluhan Wartawan ramai-ramai mengembalikan uang Rp100 ribu/ orang dari panitia Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia, (Apdesi) Kabupaten Kerinci, yang dikoordinir Atri, mengaku mantan Wartawan itu?.
Kasus sepele itu, diawali dari Atri Arga selaku salah satu panitia pemilihan Asosiasi Kepala Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Kerinci yang berlangsung di Bukit Tengah, di Aula Kantor Bupati Kerinci, (8/3/2023) Rabu untuk meliput kegiatan pemilihan, agar transparan, terbuka dan demokratis.
Sediktnya, 30 orang Wartwan melakukan pemantauan (liputan) dalam acara tersebut dimulai dari pukul 09.00 WIB, sampai selesai sekitar pukul 16.00 WIB, panitia pelaksana memberikan uang liputan/ media Rp.100 ribu langsung melalui Atri Arga, yang mengaku-ngaku mantan Wartawan itu.
Dengan nada emosi, sambil memegang uang untuk dibagikan kepada sejumlah Wartawan Rp.100 ribu/ orang. Dengan mengatakan memang saya yang mengundng Wartawan dan saya juga mantan Wartawan, Ngerti dengan Jurnalist dan Atri menyerahkan sejumlah uang untuk dibagikan kepada saudari ‘’Ek’’ tanpa amlop, didepan orang banyak (pegawai) Pemda Kerinci.
“Bak anak kecil diberi Goreng Pisang dan Krupuk’’Karena cara ‘’Atri Arga’’ dinilai terkesan mengejek dan mengabaikan, maka uang tersebut dikembalikan kepada panitia. Sediktnya sekitar 30 orang wartawan merasa dipermalukan oleh ‘’Atri Arga.’’
Kejadian ini, yang dilakukan Atri Arga yang mengaku mantan wartawan itu, sangat disesalkan Wandi Adi dari LSM PKN dan Iwan Efendi dari media PORTAL BUANA dan Marhaen (BEO), yang dituakan dalam liputan tersebut.
Mereka tersinggung bukan soal nilai uang yang diberi Rp100 ribu/ orang, tapi cara Atri Arga yang memberikan uang dengan cara (emosi) yang tinggi, dalam keadaan telanjang tanpa amlop dan dilakukan didepan umum, dipertontonkan didepan PNS Pemda dan para kepala desa peserta pemilihan Apdesi.
Jadi tegas sejumlah Wartawan, bukan soal nilai uang tapi ‘’kami dipermalukan didepan publik’’ seolah-olah wartawan pengemis intlektual, alias ‘’tukang minta-minta, tanpa kerja’’ ini menyakitkan.
Dari data resmi diperoleh menyebutkan untuk biaya Pil-Apdesi Kabupaten Kerinci, biaya yang dikeluarkan setiap kepala desa Rp.250.000,-/ kades dikali 285 kades/desa =Rp. 71. 250.000,-termasuk untuk biaya liputan pers.
Wartawan cukup dihargai, ‘’diberi Snek satu kotak, uang Rp100 ribu, jika dibelanjakan beli Goreng Ubi, dapat 100 buah’’ celetuk sumber, itu kami hargai. Bukan soal nilainya, tapi yang menyakitkan caranya, terkesan sengaja ‘’memalukan wartawan’’.
Jika sampai dibandingkan setiap desa dalam pertahun mengelola Rp1 miliar DD dari APBN murni ditambah dana pendamping atau ADD, sebesar Rp 350 juta/ desa untuk membangun NKRI dari desa kekota, total dana dikelola pada 285 desa se- Kabupaten Kerinci Rp. 1, 3 triliyun.
Menjadi tugas kita semua mendukung dan menyiarkan informasinya secara benar dan objektif. Jika, cara-cara yang digunakan, ‘’Atri Arga’’ menciderai rasa keseimbangan dalam membangun informasi yang benar, jelas menyakitkan uangkap sejumlah wartawan, direkam awak media ini.
Atri Arga, telah diupayakan mendapat penjelasan resmi dari yang bersangkutan, kenapa sampai dugaan ‘’memalukan sejumlah wartawan’’ sampai berita ini diturunkan yang bersangkutan terkesan menghindar. Tak heran sampai berita ini diturunkan, belum diperoleh hak jawab, hak bantah, hak sanggah, dan hak memberikan keterangan seluas-luasnya.
Dari pengamatan BEO.co.id, para rekanan wartawan perlu pandai-pandai menjaga hubungan baik dengan semua pihak, namun tetap independen dan neteral. Keberpihakkan wartawan hanya pada kebenaran semata, bukan pada siapa dan jumlah yang bayar.
Ada saatnya karya Jurnalistik anda, tidak dapat dibayar dengan uang, sebesar apapun nilai pembayarannya, jika kepuasan bathin terganggu. (***/mm.Dj).
Laporan : Perwakilan Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
Editor/ Penulis : Gafar Uyub Depati Intan.